http://www.dianovaanwar.blogspot.com/
Suasana Ramadhan di Sudan berbeda dengan suasana Ramadhan di Negara-negara
Islam lainnya di dunia. Di daerah-daerah pinggirian kota, di luar dari
Khartoum, ibukota Negara Sudan, ada suatu adat yang hanya dilaksanakan sewaktu
bulan puasa, sebulan penuh. Adat atau kebiasaan itu adalah dengan menggelar
buka puasa bersama di dekat mesjid yang terdekat atau dipinggir jalan raya. Hal
ini dimaksudkan untuk mengundang orang-orang yang lalu lalang untuk berbuka
bersama, baik yang sedang berjalan maupun yang sedang berada di dalam kendaraan
mereka, untuk turun dari mobil atau motor mereka dan berbuka bersama. Ini
dilakukan di Sudan di setiap bulan puasa, secara turun temurun.
Anak-anak muda
terlebih dahulu akan membersihkan area yang akan dijadikan untuk berbuka,
kemudian membentangkan tikar diatas tanah. Setelah itu, orang-orang akan datang
dari rumah masing-masing mereka dengan membawa bukaan berupa makanan dan
minuman, sehingga di waktu berbuka mereka akan saling berbagi. Buka bersama ini
hanya untuk kaum pria saja (muslimin), sedangkan wanita-wanita Sudan akan
berbuka puasa bersama anggota keluarga lain yang juga wanita di rumah.
Saya
pernah merasakan suasana ini ketika di Sudan bersama keluarga suami, sungguh
menyenangkan. Menyediakan bukaan yang bukan hanya untuk anggota keluarga, namun
juga dirasakan atau dicicipi oleh masyarakat sekitar. Minuman khas di bulan
ramadhan adalah “Abrek” semacam minuman herbal yang telah dibuat jauh hari
sebelum ramadhan tiba, kemudian ketika ramadhan, abrek tadi dicampur dengan
gula di simpan di dalam kulkas, sehingga rasanya dingin di tenggorokan, diminum
untuk berbuka dan sahur.
Selain itu Sudan juga memiliki beberapa makanan khas
Ramadhan seperti ‘Ashidah, Khudrah, kacang kabkabe
yang direbus serta tak ketinggalan buah tamr atau kurma.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar