Rabu, 16 Januari 2013

Diam Bukan Berarti Marah

www.dianovaanwar.blogspot.com Diam selalu dikonotasikan dengan marah,padahal pandangan tersebut tidaklah sepenuhnya benar.Latar belakang diamnya seseorang beraneka ragam. Seorang anak memilih aksi diam ketika orangtuanya tidak mau membelikan barang yang diinginkannya, misalnya mainan.Meski,kebanyakan anak menempuh jalur menangis dan merengek,namun cara diam terkadang lebih ampuh daripada kedua cara diatas.Di sini, diam bisa artikan bentuk protes karena keinginan tidak tercapai sebagaimana yang diharapkan.
 
Alasan lain diamnya seseorang adalah untuk menghindari konflik yang berkepanjangan.Sebut saja pasangan suami isteri yang lagi bertengkar, suami memilih aksi diam ketika isterinya terus menerus merepet.Bila ia jawab dan teruskan,maka pertengkaran tidak akan berakhir.Dengan diamnya suami,isteri juga akan merenung.Di sini diam bukan diartikan marah,namun mengalah untuk kebaikan.
 
Ada juga orang yang diam karena sudah terlalu kecewa,harapan-harapan tidak sesuai dengan kenyataan.Diam ditempuh,sebab lidah sudah tidak sanggup lagi berkata-kata. Inilah yang sering diasumsikan orang dengan marah,lebih tepatnya marah tanpa kata. Diamnya orang yang lagi marah lebih terasa daripada orang yang marah dengan langsung mengeluarkan kata-kata.Jalur diam dipilih oleh orang-orang yang dikecewakan adalah untuk menjaga lisan dari perkataan-perkataan yang tidak baik dan tidak diinginkan,sehingga lidahnya tetap terjaga dan selalu membicarakan hal-hal yang baik-baik saja.Bukankah ada hadits yang menyebutkan,barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir,maka hendaknya ia berkata yang baik atau diam (HR.Bukhari dan Muslim, meriwayatkan dari Abu Hurairah).
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar