Kamis, 21 Februari 2013

MU'ALLAQAT -Sastra Arab

Written By: Dr.Dianova Anwar (Alumnus FS.Sastra Jur.B.Arab/M.A B.Arab Aligarh Muslim University, India/Ph.D Study Islam,Jamia Millia Islamia New Delhi,India)



www.dianovaanwar.blogspot.comPenyebutan Jahiliyyah pada bangsa Arab sebelum kedatangan Islam bukanlah dimaksudkan akan kebodohan orang-orang Arab dalam bidang ilmu pengetahuan, akan tetapi kebodohan mereka dalam hal ke-relijiusan dan kerusakan moral yang terjadi dalam tatanan sosial.Kepercayaan mereka yang bernuansa syirik,menyembah begitu banyak berhala yang diletakkan di sekitar ka’bah, percaya kepada ahli nujum (astrolog),percaya kepada dukun (kaahin), percaya kepada tukang ramal (arraf),suka mengundi nasib dengan al-Azlam (anak panah yang tidak ada bulunya),membunuh anak bayi perempuan yang lahir hidup-hidup dikarenakan begitu rendahnya harga diri wanita pada masa itu- dimana wanita yang bukan berasal dari kaum bangsawan menjalani kehidupan bebas bahkan menjalani prostitusi- adalah sebagian daripada keadaan masyarakat Arab ketika itu.Meskipun demikian,bangsa Arab telah dikenal sebagai bangsa yang ahli dalam bidang perdagangan (ekonomi); bukan hanya karena memiliki pasar-pasar terkenal seperti Ukaz, namun mereka juga-terutama orang-orang Quraisy- mengadakan perjalanan berniaga ke negeri Syam di kala musim panas,dan ke negeri Yaman saat musim dingin (QS.Quraisy:2). Bahkan Rasulullah Saw sendiri pernah mengikuti paman beliau untuk berdagang ke negeri Syam dan beliau juga pernah ke Syam membawa barang dagangan dari Siti Khadijah.Selain di bidang perdagangan, bangsa Arab di masa pra-Islam sangat maju di bidang sastra, terutama dalam hal merangkai syair. Para penyair menunjukkan kebolehan mereka di pasar Ukaz dengan disaksikan oleh orang-orang yang berada di pasar.Syair yang terbaik akan digantungkan di dinding ka’bah, sehingga lahirlah istilah mua’allaqat.
 
Mua’allaqat secara bahasa memiliki makna sesuatu yang digantungkan, maksudnya di sini adalah, sejumlah kumpulan syair-syair terbaik dari tujuh penyair Arab terkenal pada masa pra-Islam (Jahiliyyah) yang digantungkan secara bersama pada dinding ka’bah sehingga semua orang yang melakukan thawaf dapat mengetahui sekaligus membacanya.Ke tujuh penyair Arab itu adalah Imru’ul Qais, Tharafah bin Abdul Bakri,Zuhair bin Abu Sulma,’Antarah bin Syaddad,Lubaid bin Rabi’ah al-Amiri ,’Amr bin Kultsum dan Harist bin Hillizah.Namun sebagian ahli puisi Arab seperti al-Mufadhdhol (wafat th.790 M) dan Abu ‘Ubaidah (wafat th.824 M) menempatkan Nabighah dan A’sya menggantikan posisi ‘Antarah dan Harits.Tema-tema syair yang diusung pada umumnya adalah tema pujian (madh), membangkitkan semangat (hamasah) ketika akan terjadi suatu peperangan- sering terjadi peperangan antar suku-,bertema al-Ghozal atau ungkapan cinta kepada kekasih, dan bertemakan kata-kata berhikmah/kata mutiara (al-Hikam).Untuk tema yang terakhir ini,Zuhair bin Abu Sulma adalah penyair yang sangat terkenal akan syair-syairnya yang mengandung al-Hikam.     
 
Setelah Islam datang,rasulullah tidak melarang akan perkembangan syair Arab ini,hanya saja temanya sudah tentu berganti kepada syair’syair yang bernafas Islami.Salah seorang sahabat rasul yang terkenal menjadi penyair di awal kedatangan Islam adalah Hasan bin Tsabit, yang kebanyakan syair-syairnya membela Islam dan membela rasulullah…..
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar