Rabu, 26 Desember 2012

Krisis Akhlaq Remaja,Salah Siapa?

www.dianovaanwar.blogspot.com Bila kita membicarakan tentang akhlaq remaja pada masa sekarang,maka sebagian orang akan menjawab adalah dikarenakan pola asuh yang salah dari orangtua. Namun para orangtua juga tidak mau disalahkan sepenuhnya,mereka merasa sudah berbuat hal yang terbaik buat anak-anak mereka,mendidik di rumah dengan didikan agama yang kuat,bahkan memasukkan anak-anak mereka ke madrasah-madrasah di waktu siang atau sore hari untuk menambah ilmu pengetahuan agama atau mendatangkan guru agama khusus untuk mengajar mengaji, praktek sholat dsb yang berkenaan dengan menambah pengetahuan agama Islam. Maka, sebagian orangtua pun menyalahkan sekolah ataupun guru yang dianggap ‘tidak becus’ dalam mendidik anak-anak didiknya.Sebagian orang tua juga menyalahkan lingkungan atau pengaruh teman.Sedangkan sebagian yang lain menyalahkan sistem pendidikan di Indonesia yang kurang menitik-beratkan pendidikan budi pekerti.

Adalah para remaja sekarang,kebanyakan bersikap apatis dan konsumtif.Perkembangan tehnologi seperti internet dengan beberapa situs jejaring sosial yang diikuti remaja, seperti facebook,twitter dan google plus,sesungguhnya memiliki dampak positif sekaligus dampak negatif.Dari sisi positifnya,akan memperluas jaringan pertemanan,dapat berkomunikasi dengan teman lama dan kerabat serta mengembangkan ketrampilan teknis dan sosial yang sangat dibutuhkan para era digital seperti sekarang ini.Akan tetapi dampak negatifnya pun tidak sedikit,diantaranya adalah anak akan menjadi apatis,tidak peduli akan lingkungan sekitarnya, malas berkomunikasi di dunia nyata,malas atau tidak konsentrasi belajar (karena sambil belajar juga berjejaring sosial),sulit membedakan “gaya bahasa” di duni nyata dan dunia maya disebabkan tidak adaya aturan ejaan bahasa yang baik dan benar,membuang-buang waktu dan uang hanya untuk obrolan yang tidak mendatangkan manfaat serta menjadi lahan subur bagi predator dalam melakukan kejahatan.Disebut konsumtif sebab kebanyakan remaja sekarang hanya berperan sebagai konsumen.Ada hp keluaran terbaru beli,ada laptop tablet keluaran terbaru mau memiliki,padahal belum berpenghasilan dan yang lama masih bisa dipakai.Lain lagi setiap kali habis pulsa,mereka pun “merengek”,dan ini sudah pasti menambah budget pengeluaran rumah tangga.Anda bisa bayangkan kalau di dalam sebuah rumah tangga saja ada orangtua yang memiliki 3 orang anak misalnya, dan setiap orang memiliki hp,lain lagi kalau per orangnya punya hp lebih dari 2,maka berapa budget yang harus dikeluarkan hanya untuk item komunikasi yang satu ini.Meskipun demikian,tidak sedikit orang yang memanfaatkan jejaring sosial untuk mengembangkan bisnis mereka serta untuk berdakwah.    

Lalu,haruskah kita menyalahkan tehnologi? Perkembangan tehnologi apapun itu,hendaknya disikapi dengan tanpa berlebihan.Benar,tehnologi lebih memudahkan urusan manusia termasuk dalam hal berkomunikasi, yang sekarang ini dapat ditembus meskipun jaraknya begitu jauh.Bukan saja bermodalkan landasan agama serta pendidikan dari orangtua dan guru di sekolah,namun anak juga-yang tentunya dengan pengawasan orangtua- harus memilih teman yang tidak akan menjerumuskan mereka ke arah yang salah.Mengendalikan diri juga sangat dibutuhkan,dalam hal ini peranan orangtua sangat-sangat diperlukan,sehingga anak tidak akan berface-bookan atau bertwitter-an ketika ia sedang belajar.”Pematokan” uang pulsa kepada anak per bulannya juga bisa diterapkan,sehingga anak tidak akan menghabiskan pulsanya hanya untuk hal-hal yang tidak berfaedah.Selain daripada itu,orangtua juga dapat mengatakan kepada anak bahwa mencari uang tidaklah mudah.

Kemudian,bagaimana dengan remaja yang ‘cool’ di lingkungan temannya tapi melawan bagaikan singa di lingkungan rumahnya? Salah satu sifat remaja,meskipun tidak semua,adalah tidak suka dibantah,ia merasa pendapatnya harus didengar,ia merasa ialah yang benar,ialah yang lebih tahu,dst.Padahal, yang lebih tahu tentang kehidupan karena lebih dahulu lahir dan merasakan manis getirnya hidup adalah orangtua,dan tidak ada orangtua di dunia ini yang ingin menjerumuskan anaknya,yang tidak menyayangi mereka.Walau orangtua menunjukkan kasih sayangnya dengan “merepet” sebagian remaja menganggapnya sebagai wujud ketidaksayangan,selalu dilarang-larang alias suka diatur-atur dan ketinggalan zaman.Ini orangtuanya, bagaiamana pula sikapnya  terhadap guru-guru nya? Ada remaja yang suka ‘guru gaul’ ada juga remaja yang suka ‘guru berkharismatik’ serta ada remaja yang suka guru pendiam atau guru pintar atau guru pelucu.Tak sedikit pula remaja yang cuek kepada guru-guru yang dibencinya apalagi bila masa pendidikan di sekolah usai.Inilah yang harus ditanamkan orangtua kepada remaja sejak ia kecil lagi untuk menghormati orangtua,guru,karib kerabat dan orang-orang yang lebih tua daripadanya.Kemudian hendaknya orangtua harus membiasakan diri berdiskusi dengan remaja sehingga mengetahui apa permasalahan yang mereka hadapi serta mengetahui siapa-siapa saja teman mereka.Mengetahui tehnologi dengan memasuki situs jejaring sosial adalah suatu keharusan yang harus dilakukan orangtua di era canggih ini.Melalui media jejaring sosial,orangtua akan tahu siapa saja teman-teman anaknya dan bagaimana kondisi kejiwaannya,sebab tak sedikit remaja yang terlihat ‘baik budi’ tapi pribadinya berbeda di media jejaring sosial.

Terakhir, hal yang mungkin dianggap sepele namun dapat berdampak besar ke dalam diri anak adalah dengan mengatakan kepadanya,bahwa bila ia menghormati orangtuanya dan orang lain,kelak insya Allah ia pun akan dihormati anak-anaknya dan orang lain pula.Sebaliknya,bila ia selalu melawan dan tidak menghormati orangtua dan orang lain,maka kelak ia pun akan di’lawan’ dan tidak dihargai oleh orang lain.Ia akan teringat dan akan melihat “cerminan sikapnya di masa lampau” dalam diri anak-anaknya atau pada sikap orang yang yang sudah tidak mempedulikannya lagi.Demikianlah uraian tentang Krisis Akhlaq Remaja,Salah Siapa? Dari www.dianovaanwaar.blogspot.com semoga bermanfaat.  




Tidak ada komentar:

Posting Komentar