Kamis, 31 Januari 2013

Kultum: Menepati Janji,Salah Satu Ciri Orang Bertaqwa


Written By: Dr.Dianova Anwar

www.dianovaanwar.blogspot.com Ada pepatah yang mengatakan”Janji adalah hutang,dan hutang harus dibayar”.Begitu pentingnya arti sebuah janji,sehingga pepatah inipun lahir.Namun bagaimana Islam memandang akan janji seseorang? Banyak ayat-ayat di dalam Al-Qur’an yang menyebutkan tentang perintah untuk menepati janji.Salah satu diantaranya adalah terdapat pada QS.Al-Baqarah: 177.Pada ayat tersebut dinyatakan serangkaiaan daripada jenis-jenis kebajikan,dan salah satu diantaranya adalah menepati janji.Ayat ini ditutup dengan indah, ”Mereka itulah orang-orang yang benar,dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa”.Firman Allah ini menunjukkan bahwasanya salah satu ciri-ciri orang yang bertaqwa adalah orang yang menepati janji apabila ia berjanji. Sebaliknya,bagi orang-orang yang suka mengingkari janji, dalam sebuah hadits shahih disebutkan sebagai salah satu ciri-ciri orang yang munafik.     
 
Mengapa menepati janji menjadi sesuatu hal yang sangat penting di dalam Islam? Dalam ajaran Islam bila seseorang berjanji,hendaknya ia menyertakan kalimat insya Allah (QS.18:23-24). Diiringinya janji dengan kalimat insya Allah (jika Allah menghendaki) adalah dikarenakan kita tidak tahu apa yang akan terjadi pada waktu yang kita janjikan.Selain itu, dengan menggunakan lafazh insya Allah, menjadi indikasi adanya i’tikad baik dari diri kita untuk memenuhi janji yang telah dibuat atau diikrarkan,sebab kita telah memberi janji atas nama Allah.Menepati janji juga berarti bahwa kita menghargai orang lain.  
 
Dalam bermasyarakat kita mendapati berbagai istilah bagi orang-orang yang suka mengingkari janji,diantaranya adalah:
 
-Janji karet; janji karet adalah sebutan untuk orang-orang yang tidak datang tepat pada waktunya atau sama sekali tidak datang sesuai dengan yang dijanjikan.Model janji ini sangat kerap terjadi pada masyarakat di era sekarang ini.Macet,ketiduran dan lupa adalah diantara alasan-alasan yang diberikan
 
-Janji kosong; ini biasanya janji para politikus ketika berkampanye menjelang pemilu, ”Saya berjanji, bila saya terpilih,saya akan mensejahterahkan daerah ini”.Janji kosong juga bisa disematkan pada orang-orang yang tidak menepati janji untuk membayar hutangnya pada saat yang telah dijanjikan
 
-Janji Palsu; ini adalah istilah bagi seseorang yang mengingkari janji pada pasangannya, mengatakan tidak akan menduakan atau akan cinta sampai mati,tapi pada kenyataannya berbeda   
 
Sebelum berjanji,hendaknya kita memikirkannya lebih dahulu,apakah kelak kita akan memenuhinya atau tidak,bila tidak,lebih baik tidak usah berjanji.Dalam berjanji pun jangan menyalah-gunakan kalimat insya Allah. Misalnya seseorang berkata kepada kita,”Besok datang kan?” karena kita takut ia tersinggung bila kita jawab tidak,maka kita menjawab,”Insya allah lah ya….” Penambahan lah ya di sini biasanya mengandung arti 50:50,artinya bisa jadi datang,bisa jadi tidak.Padahal kita tahu,kita tidak dapat hadir esok hari,namun dikarenakan tidak mau mengecewakan orang lain,maka harapan pun diberi dengan menggunakan lafazh insya Allah.Alangkah lebih baik,bila berterus terang bahwa kita tidak dapat datang karena sesuatu keperluan,sehingga orang tidak akan menunggu dan berakhir dengan kekecewaan.        
 
Dari Abu Hurairah r.a,dari nabi Saw,beliau bersabda,” Allah Ta’ala berfirman:”Tiga kelompok yang Aku menjadi seterunya di hari kiamat; seorang lelaki yang memberi janji atas nama-Ku kemudian ia melanggarnya,seorang lelaki yang menjual orang merdeka lalu memakan upah penjualannya,dan seorang lelaki yang mempekerjakan seseorang,orang tersebut memenuhi kewajibannya,tetapi lelaki itu tidak memberikan upahnya”(HR.Bukhari).Oleh karenanya tepatilah janji,karena sesungguhnya janji akan diminta pertangungan jawabnya(QS.Al- Isrâ’: 34).
 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar