Senin, 03 Februari 2014

MENJADIKAN KEMATIAN SEBAGAI MOTIVATOR DALAM KEHIDUPAN

Written by: Dr.Dianova Anwar

 

www.dianovaanwar.blogspot.com Kematian merupakan salah satu fase yang harus dilewati oleh setiap manusia.Dengan berakhirnya kehidupan di dunia,maka terputuslah berbagai harapan dan angan-angan. Tidak ada lagi kesempatan kedua untuk kembali ke dunia, untuk bertobat, memperbaiki diri, memperbanyak ibadah dan berbuat kebaikan.Sudah ada ‘dinding pemisah’ berupa alam barzakh yang tidak dapat ditembus oleh siapa pun.Setelah berada di alam barzakh, manusia akan dibangkitkan (Yaumul Ba’tsi)menuju padang mahsyar untuk menjalani proses penghisaban atau penghitungan amal perbuatan selama berada di dunia.Dengan selesainya proses penghisaban dan penerimaan ‘buku amal’ maka tahulah manusia ke mana ia akan berada,di surga atau di neraka,itupun harus melewati shirathal mustaqîm,;siapa yang selamat,sampailah ia di surga,siapa yang tidak,terjatuhlah ia ke dalam neraka.

Begitu panjang proses yang akan dilalui oleh manusia setelah kematian,sementara kesempatan yang diberikan hanyalah sedikit,hanya beberapa saat di dunia ini.Dan kematian,tidak ada seorang jua pun yang mengetahuinya;kapan dan dimana ia akan mati.”Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati” (QS.Luqman:34).Kematian juga tidak dapat didahulukan atau diundurkan walaupun barang sesaat (Qs.An-Nahl:61).Dari Anas r.a,ia berkata, ”Rasulullah Saw  membuat beberapa garis lalu ia bersabda,”Ini adalah harapan manusia dan ini ajalnya,tatkala ia berada dalam harapan,tiba-tiba garis yang terdekat (ajal) mendatanginya” (HR.Bukhari).
Kematian itu sendiri selalu diorientasikan dengan kesedihan atau ketakutan, diantara penyebabnya adalah belum siapnya diri  seseorang dalam menghadapinya. Karenanya, sebagian orang- terutama kaum muda-akan mengatakan,”Jangan dulu membicarakan tentang kematian,mumpung masih muda,hidup adalah untuk dinikmati,nanti setelah tua baru bicara soal kematian….”.Pernyataan ini seolah-olah menyimpan makna tersirat bahwa kematian hanya akan segera mendatangi orang-orang yang telah berusia senja,sementara yang masih muda berada di list yang paling belakang.Padahal,begitu banyak orang-orang yang masih berusia muda menemui ajal tanpa terduga.Kita mengira orangtuanya yang sakit-sakitan lah yang akan wafat lebih dahulu, namun ternyata ia,yang kemarin masih dengan tegaknya berdiri dan berbicara, berpulang ke rahmatullah lebih awal.  

Bagaimana bila persepsi tentang kematian dibalik, kematian justru dijadikan sebagai motivator dalam kehidupan.Dengan menyadari bahwa setiap saat kematian akan menjemput,kita akan berpacu dengan waktu untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat dalam rangka mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian.Dengan mengingat kematian,kita akan bersemangat untuk mencapai kesuksesan, baik sukses duniawi maupun sukses ukhrawi.Sukses duniawi dijadikan alat untuk mencapai sukses ukhrawi.Misalnya saja,seorang pengusaha menginfakkan sebagian daripada hartanya untuk kemaslahatan umat,seperti menyantuni fakir miskin dan anak-anak yatim.Di sini ia telah mencapai kesuksesan keduanya,kesuksesan hidup di dunia dan membekali diri untuk mencapai kesuksesan di akhirat kelak.
Mengingat kematian juga dapat dijadikan pemicu semangat dalam menjalankan ibadah, bermua’amalat (hubungan antar sesama manusia)dan dalam melakukan amal-amal sholeh. Bila kita merasa malas beribadah,kita akan ingat,jika kematian menjemput maka tidak akan ada lagi kesempatan kedua; bila kita berselisih dengan orang lain  tidak akan ada peluang lagi untuk meminta maaf,dan amal-amal sholeh juga tidak akan dapat dilakukan lagi,sebab kita telah meninggalkan dunia yang fana ini.Kematian juga dapat dijadikan penyemangat dalam menorehkan nama baik kita,sehingga nama kita tetap abadi diingat dan dikenang akan segala perbuatan dan kebaikan yang telah kita kerjakan.Sebagian orang mendapatkan ini dikala ia masih hidup lagi dan berlanjut hingga setelah kematiannya,dan sebagian yang lain mendapatkan namanya harum setelah ketiadaannya.Disinilah berlaku pepatah, ”manusia mati meninggalkan nama…”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar