Dulu, ayah pernah menceritakan kepada kami, ada seorang kerabat ayah yang bertemu dengannya ketika ia sedang berjualan. Kerabat kami itu, memberi ayah uang, lalu ayah berkata kepadanya," Jika kamu ingin menolong saya, beli barang dagangan saya, jangan memberi saya uang, sebab saya bukan pengemis". Ayah berpesan kepada kami, anak-anaknya, dan ini di tanamkannya kuat kepada kami. Katanya,"Meski kita orang yang tak punya, namun bukan berarti kita tidak punya harga diri, harga diri adalah hal yang paling bernilai yang dimiliki oleh manusia". Yang menjadi tanda tanya adalah, bila seorang yang serba kekurangan saja tetap menjaga harga dirinya, apatah lagi seorang yang berkedudukan atau berwawasan tinggi. Menjaga harga diri tidak sama dengan sombong. menjaga harga diri juga tidak berarti sakit hati.
Sakit hati hanya akan berdampak negatif. Kebencian, dendam hingga pemutusan silaturahmi. Terkadang latar belakang sakit hati hanyalah hal-hal yang sangat sepele. Lain halnya dengan harga diri yang tercederai.Bisa berdampak negatif, dan bisa pula berdampak positif. Efek negatif akan sama halnya dengan orang yang sakit hati, sehingga ia tidak ada bedanya dengan cara pandang orang yang memiliki kebencian dan dendam. Bila orang yang harga dirinya tercederai mengambil hikmah, maka ini adalah efek positif yang timbul. Ia akan membuktikan bahwasanya ia memang pantas dan patut dihargai. Orang-orang yang tercederai harga dirinya tidak akan sampai dendam kesumat hingga tujuh turunan tidak kan berbicara lagi, namun ia hanya akan berbicara seperlunya, menjaga jarak, dan membuat orang yang telah "mencedarai" perasaannya akan berfikir,"Sekarang ia tak sehangat dulu", atau "Bagaimana kalau sekirannya saya yang berada di posisinya". Semoga kita sebagai manusia dewasa dan bijaksana lebih menghargai orang lain, sehingga orang lain pun akan menghargai diri kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar