Written By: Dr.Dianova Anwar
www.dianovaanwar.blogspot.com Zaid bin
Haritsah adalah satu-satunya sahabat nabi Muhammad Saw yang namanya diabadikan
dalam Al-Qur’an (QS.33:37).Asal mula Zaid dijadikan sebagai anak angkat
Rasulullah tentunya tidak terlepas dari background atau latar belakang siapa
Zaid sebenarnya.Zaid bin Haritsah berasal dari bani Makhdum yang tinggal di
sebelah utara kota Makkah.Sewaktu Zaid berumur sekitar 8 tahun,ia dibawa untuk
mengunjungi keluarga dari pihak ibunya, yakni bani Ma’n.Di tengah perjalanan
mereka diserang oleh pasukan berkuda bani Al-Qain yang merampas harta dan unta
serta meanwan anak-anak.Maka termasuklah Zaid diantara anak yang ditawan lalu
dijual di pasar Ukaz.Orang yang membeli Zaid adalah Hakim bin Hizam bin
Khuwailid,seorang bangsawan Quraisy dan anak saudara Khadijah binti
Khuwailid,yang kelak menjadi istri rasul.Zaid diberikan kepada Khadijah sebagai
seorang budak dan sewaktu Khadijah menikah dengan Muhammad (ketika itu nabi Muhammad
belum diangkat menjadi rasul) maka Khadijah pun memberikan Zaid kepada suaminya
itu.Pada masa itu sistem perbudakan masih berlaku.
Setelah beberapa saat bersama
Rasul,terdengarlah berita oleh ayah Zaid,Haritsah bin Syuhail bahwa anaknya
kini berada di Makkah dan berstatus sebagai budak.Maka ayah Zaid,ditemani oleh
pamannya,Ka’ab berangkat menuju Makkah dengan membawa sejumlah harta untuk
menebus Zaid.Sesampainya di depan Rasulullah,ketika itu Rasululullah telah
diangkat menjadi Rasul,dan Zaid pun termasuk orang-orang yang mula-mula masuk
Islam,maka diutarakan ayahnya lah hajatnya untuk menebus Zaid.Menanggapi
ini,Rasulullah berkata,”kita serahkan saja kepada Zaid,apabila ia hendak
kembali ke keluarganya,maka ia akan saya bebaskan tanpa sedikitpun tebusan;akan
tetapi bila ia memilih saya,maka demi Allah saya adalah bukan termasuk orang
yang tidak senang bila dipilih”.Kemudian keputusan pun diserahkan kepada
Zaid,dan alangkah terkejutnya sang ayah ketika Zaid memilih untuk tetap bersama
Rasul.Ini sudah tentu mengejutkan ayah dan pamannya, ”engkau lebih memilih
menjadi budak orang ini daripada menjadi orang yang merdeka dan kembali bersama
keluargamu?” Zaid pun menjawab ayahnya,”Sesungguhnya aku melihat pada orang ini
(Rasulullah Saw) yang tidak ada pada orang lain”.Sebaik saja mendengar hal
ini,Rasulullah langsung menarik tangan Zaid dan keluar ke Masjidl
Haram,kemudian beliau berdiri di atas batu sambil memegang tangan Zaid berkata
kepada pembesar Quraisy,”Wahai bangsa Quraisy! Saksikanlah! Anak ini adalah
anakku,dia akan mewarisi hartaku dan aku akan mewarisi hartanya”. Melihat hal
ini, senang lah hati ayah dan paman Zaid; mereka pun kembali dengan perasaan
tenang.Sejak peristiwa itulah Zaid dipanggil dengan sebutan Zaid bin Muhammad;
sampai pada akhirnya turunlah ayat: ”Panggillah mereka (anak angkat itu) dengan
(memakai) nama bapak-bapak mereka; itulah yang adil di sisi Allah,dan jika kamu
tidak mengetahui bapak mereka,maka (panggillah mereka sebagai)
saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu.Dan tidak ada dosa atasmu jika kamu
khilaf tentang itu,tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh
hatimu.Allah Maha Pengampun Maha Penyayang” (QS.Al-Ahzab:5).Dengan adanya
pelarangan Allah untuk memanggil nama anak angkat dengan ‘menyematkan nama
bapak angkat’ maka semenjak saat ayat ini turun dipanggillah Zaid dengan Zaid
bin Haritsah.
Tak lama
kemudian,Zaid bin Haritsah menikah dengan Zainab binti Jahsy,yang masih sepupu
dengan Rasulullah.Dalam adat Arab di masa jahiliyah,orang yang diadopsi sebagai
anak memiliki kehormatan dan hak yang sama persis dengan hak dan kerhormatan
yang dimiliki oleh anak kandung,termasuk untuk tidak menikahi mantan istri
anak.Kebiasaan inilah yang ingin Allah hapus dan batalkan,bahwsanya tabanni (adopsi)
tidak ada pengaruhnya dalam Islam; dan memerintahkan rasulullah untuk menikahi
Zainab binti Jahsy,yang sebelumnya adalah istri Zaid,yang pada saat itu hendak
diceraikan oleh Zaid bin Haritsah dikarenakan tidak adanya lagi keharmonisan
diantara mereka berdua.Keinginan Zaid untuk bercerai ini terjadi ketika pasukan
sekutu (Ahzab) sedang mengepung rasulullah dan umat Islam.Pada saat
itu,rasulullah merasa khawatir akan propaganda kaum munafiqin, musyrikin dan
orang-orang yahudi; ditambah lagi kekhawatiran akan pengaruh buruknya di dalam hati
sebagian orang yang lemah imannya.Oleh karena itulah beliau ingin sekali agar
Zaid tidak menceraikan istrinya supaya beliau tidak terjatuh ke dalam ujian
tsb.Keragu-raguan rasul ini sudah tentu tidak sejalan dengan kesempurnaan
tujuan diutusnya beliau sebagai seorang rasul,maka Allah Swt langsung
mengingatkan beliau dengan firmanNya,”Dan ingatlah ketika kamu berkata kepada
orang yang Allah telah melimpahkan nikmat kepadanya dan kamu (juga) telah
member nikmat kepadanya, ”Tahanlah terus istrimu dan bertaqwalah kepada Allah”
sedangkan kamu menyembunyikan dalam hatimu apa yang akan Allah nyatakan,dan
kamu takut kepada manusia,sedang Allah-lah yang lebih berhak kamu takuti”
(QS.Al-Ahzab:37). Ketentuan
Allah telah menghendaki Zaid untuk menceraikan Zainab binti Jahsy,kemudian
Rasulullah pun menikahinya setelah habis masa iddahnya.Dalam hal ini Allah
telah mewajibkan rasul menikah dengan Zainab dan tidak memberikan kesempatan
kepada beliau unyuk memilih; Allah berfirman,”Maka tatkala Zaid telah
mengakhiri keperluannya terhadap istrinya (menceraikannya), Kami kawinkan
engkau dengannya supaya tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk (mengawini)
istri-istri anak angkat mereka,apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan
keperluannya daripada istrinya” (QS.Al-Ahzab:37).Hal ini untuk menghilangkan prinsip adopsi
anak secara praktis(nyata),sebagaimana Allah telah menghapusnya dengan
firmanNya,”Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki
diantara kamu,tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi”
(QS.Al-Ahzab:40
Setelah
bercerai dari Zainab binti Jahsy,Zaid bin Haritsah menikahi Ummu Aiman,dan ia
memiliki anak laki-laki yang bernama Osama bin Zaid,yang kelak menjadi Jendral
termuda dengan dikirimnya ia memimpin beberapa ekspedisi militer di usia 18
tahun termasuk ke Syam (Syria sekarang).Zaid sendiri beberapa kali memimpin
ekspedisi militer atas perintah langsung rasulullah,yakni ekspedisi ke al-Jumum
(627 M/6 H),ekspedisi ke al-Is (627 M/6 H),ekspedisi ke Hisma (628 M/7 H) dan
ekspedisi ke negara Byzantium di tahun 629 H dengan membawa 3000 orang
pasukan.Di ekspedisi inilah Zaid bint Haritsah mati syahid,tepatnya di sebuah
tempat yang bernama Mu’tah (daerah Jordan sekarang) yang menjadi lokasi
peperangan saat itu dengan raja Heraclius.Zaid bin Haritsah adalah orang Islam
pertama yang wafat di negara asing.Selain Zaid,Ja’far bin Abi Thalib dan
Abdullah bin Rawahah yang juga komandan dalam ekspedisi ini pun mati syahid di
perang Mu’tah.Pada akhirnya Khalid bin Walid memimpin pasukan untuk mundur
untuk menghindari lebih banyak lagi korban.Pasukan musuh yang jumlahnya begitu
besar, sekitar 100.000 pasukan plus bantuan dari Arab musyrikin sebanyak
100.000 orang menjadikan alasan mengapa pasukan Islam memilih untuk mundur.Zaid
bin Haritsah wafat dalam usia yang masih begitu muda,di usia 41 tahun (588-629
M). Zaid bin Haritsah bukan hanya sekedar anak angkat Rasulullah; ia juga
sahabat rasul serta jenderal yang sangat disegani oleh pasukannya. Melaluinya
pula,atas perintah Allah,rasulullah menghapus salah satu adat Arab Jahiliyah
yang telah mendarah daging yakni,masalah persamaan hak antara anak adopsi dan
anak kandung. Ini berarti, diangkatnya ia menjadi anak angkat Rasul, telah pula
menjadi ketetapan Allah. Demikianlah uraian tentang Zaid bin Haritsah,Bukan
Sekedar Anak Angkat Rasulullah dari www.dianovaanwar.blogspot.com semoga uraian ini menambah cakrawala anda tentang “biography” sahabat
rasul.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar