www.dianovaanwar.blogspot.comPenyebutan Jahiliyyah pada bangsa Arab sebelum kedatangan Islam
bukanlah dimaksudkan akan kebodohan orang-orang Arab dalam bidang ilmu
pengetahuan, akan tetapi kebodohan mereka dalam hal ke-relijiusan dan kerusakan
moral yang terjadi dalam tatanan sosial.Kepercayaan mereka yang bernuansa
syirik,menyembah begitu banyak berhala yang diletakkan di sekitar ka’bah,
percaya kepada ahli nujum (astrolog),percaya kepada dukun (kaahin), percaya
kepada tukang ramal (arraf),suka mengundi nasib dengan al-Azlam (anak panah
yang tidak ada bulunya),membunuh anak bayi perempuan yang lahir hidup-hidup
dikarenakan begitu rendahnya harga diri wanita pada masa itu- dimana wanita
yang bukan berasal dari kaum bangsawan menjalani kehidupan bebas bahkan
menjalani prostitusi- adalah sebagian daripada keadaan masyarakat Arab ketika
itu.Meskipun demikian,bangsa Arab telah dikenal sebagai bangsa yang ahli dalam
bidang perdagangan (ekonomi); bukan hanya karena memiliki pasar-pasar terkenal
seperti Ukaz, namun mereka juga-terutama orang-orang Quraisy- mengadakan
perjalanan berniaga ke negeri Syam di kala musim panas,dan ke negeri Yaman saat
musim dingin (QS.Quraisy:2). Bahkan Rasulullah Saw sendiri pernah mengikuti
paman beliau untuk berdagang ke negeri Syam dan beliau juga pernah ke Syam
membawa barang dagangan dari Siti Khadijah.Selain di bidang perdagangan, bangsa
Arab di masa pra-Islam sangat maju di bidang sastra, terutama dalam hal
merangkai syair. Para penyair menunjukkan kebolehan mereka di pasar Ukaz dengan
disaksikan oleh orang-orang yang berada di pasar.Syair yang terbaik akan
digantungkan di dinding ka’bah, sehingga lahirlah istilah mua’allaqat.
Mua’allaqat secara bahasa memiliki makna sesuatu yang digantungkan, maksudnya
di sini adalah, sejumlah kumpulan syair-syair terbaik dari tujuh penyair Arab
terkenal pada masa pra-Islam (Jahiliyyah) yang digantungkan secara bersama pada
dinding ka’bah sehingga semua orang yang melakukan thawaf dapat mengetahui
sekaligus membacanya.Ke tujuh penyair Arab itu adalah Imru’ul Qais,
Tharafah bin Abdul Bakri,Zuhair bin Abu Sulma,’Antarah bin Syaddad,Lubaid bin
Rabi’ah al-Amiri ,’Amr bin Kultsum dan Harist bin Hillizah.Namun
sebagian ahli puisi Arab seperti al-Mufadhdhol (wafat th.790 M) dan Abu
‘Ubaidah (wafat th.824 M) menempatkan Nabighah dan A’sya menggantikan
posisi ‘Antarah dan Harits.Tema-tema syair yang diusung pada umumnya adalah
tema pujian (madh), membangkitkan semangat (hamasah) ketika akan terjadi suatu
peperangan- sering terjadi peperangan antar suku-,bertema al-Ghozal atau
ungkapan cinta kepada kekasih, dan bertemakan kata-kata berhikmah/kata mutiara
(al-Hikam).Untuk tema yang terakhir ini,Zuhair bin Abu Sulma adalah penyair
yang sangat terkenal akan syair-syairnya yang mengandung al-Hikam.
Setelah Islam datang,rasulullah tidak
melarang akan perkembangan syair Arab ini,hanya saja temanya sudah tentu
berganti kepada syair’syair yang bernafas Islami.Salah seorang sahabat rasul
yang terkenal menjadi penyair di awal kedatangan Islam adalah Hasan bin Tsabit,
yang kebanyakan syair-syairnya membela Islam dan membela rasulullah…..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar