www.dianovaanwar.blogspot.comSalah satu karya sastra HAMKA yang sangat fenomenal adalah novel
klasik "Di Bawah Lindungan Ka’bah", yang mengambil setting kota
Padang,Padang Panjang, Medan dan Mekkah.Tokoh utama pada novel ini adalah Hamid
dan Zainab, yang saling jatuh cinta “tanpa sempat terkata” dan berakhir dengan
kematian keduanya.
Awal dari pertemuan
Hamid dan Zainab adalah pada saat Hamid harus menjalani hidup sebagai seorang
anak yatim.Ayahnya, mengalami kebangkrutan dalam usahanya hingga memaksa mereka
sekeluarga harus berhijrah ke kota Padang.Di kota inilah pada akhirnya ayah
Hamid meninggal dunia disaat Hamid berusia 4 tahun.Di umur 6 tahun, Hamid
meminta ibunya untuk membuat kue yang dapat ia jajakan, hingga pada suatu
ketika, seorang wanita yang bernama Mak Asiah memanggilnya untuk membeli kue
jualanannya.Mak Asiah adalah tetangga baru Hamid, suaminya Haji Ja’far, membeli
rumah kosong yang sebelumnya merupakan bekas rumah seorang Belanda.Setiap pagi
Mak Asiah membeli kue Hamid, dan ia pun menanyakan kepada Hamid tentang orangtuanya
dan dimana tempat tinggalnya.Setelah Hamid menjawab pertanyaan Mak Asiah, Hamid
pun diminta untuk membawa ibunya untuk datang ke rumahnya. Dari sinilah,
persahabatan antara kedua keluarga itu semakin dekat.Haji Ja’far menyekolahkan
dan membiayai Hamid, ia disekolahkan di SD dan berlanjut ke Mulo yang sama
dengan anak perempuan satu-satunya,Zainab.Setelah tamat dari Mulo barulah Hamid
berpisah dengan Zainab. Hamid melanjutkan studinya ke sekolah agama di Padang
Panjang,sedangkan Zainab harus memasuki masa pingitan sesuai dengan adat di
desa itu.Dengan masih dibiayai oleh Haji Ja’far, di sekolah agama Padang
Panjang inilah Hamid bertemu dan berteman dengan Saleh.
Sebenarnya, Hamid dan Zainab telah saling
jatuh cinta, akan tetapi Hamid sadar akan posisinya, ia pun harus tahu diri
bahwa ia telah di sekolahkan oleh Haji Ja’far dan Mak Asiah, ia telah dianggap
anak oleh mereka.Bahkan ibunya pun melarangnya untuk mencintai Zainab, sebab ia
merasa tidak pantas. Pada
suatu petang pada saat Hamid berjalan-jalan di sekitar pesisir,ia bertemu
dengan Mak Asiah yang baru datang berziarah dari kuburan suaminya.Ia naik
perahu sewaan bersama dua orang perempuan tua lainnya.Mak Asiah meminta Hamid
untuk datang ke rumahnya keesokan harinya karena ada suatu hal penting yang
hendak dibicarakannya.Pada keesokan harinya datanglah Hamid ke rumah Mak
Asiah,rupanya Mak Asiah meminta tolong kepada Hamid untuk membujuk Zainab agar
bersedia dinikahkan dengan kemanakan Haji Ja’far yang pada waktu itu masih
bersekolah di pulau Jawa.Zainab menolak dengan alasan masih belum ingin menikah. Penolakan itu dikarenakan,Zainab sendiri
telah jatuh cinta kepada Hamid, dan Hamid pun merasakan hal yang sama,namun
cintanya tak dapat ia ungkapkan.Dikarenakan telah berhutang budi,Permintaan Mak
Asiah dipenuhi oleh Hamid,meski berlawanan dengna kata hatinya. Setelah itu
Hamid meninggalkan kota Padang menuju Medan dan selanjutnya pergi ke tanah suci
Mekkah. Dari Medan, Hamid berkirim surat kepada Zainab untuk meminta diri,
pergi menurutkan ke mana arah kakinya melangkah.Surat Hamid itulah yang
menemani Zainab dalam kesepian.
Di Mekkah, Hamid kembali bertemu dengan
Saleh,temannya sekolahnya dulu di Padang Panjang. Hamid bercerita kepada Saleh
tentang perasaannya kepada Zainab.Ternyata Saleh suami Rosna,sahabat Zainab.
Rosna dan Saleh saling bercerita dalam surat mereka tentang kisah Hamid dan
Zainab.Akibat sedih yang berlebihan, karena cintanya tidak bisa bersatu dengan
Hamid, akhirnya Zainab jatuh sakit dan meninggal dunia.Mendengar Zainab
meninggal dunia, Hamid, yang terlalu cinta kepada Zainab, tak kuasa menahan
kesedihan.Selalu memikirkan Zainab, ia juga akhirnya jatuh sakit dan meninggal
di bawah lindungan ka’bah………
Tidak ada komentar:
Posting Komentar