Written by: Dr.Dianova Anwar
www.dianovaanwar.blogspot.com Kematian
merupakan salah satu fase yang harus dilewati oleh setiap manusia.Dengan
berakhirnya kehidupan di dunia,maka terputuslah berbagai harapan dan
angan-angan. Tidak ada lagi kesempatan kedua untuk kembali ke dunia, untuk
bertobat, memperbaiki diri, memperbanyak ibadah dan berbuat kebaikan.Sudah ada
‘dinding pemisah’ berupa alam barzakh yang tidak dapat ditembus oleh siapa
pun.Setelah berada di alam barzakh, manusia
akan dibangkitkan (Yaumul Ba’tsi)menuju padang mahsyar untuk menjalani proses penghisaban
atau penghitungan amal perbuatan selama berada di dunia.Dengan selesainya proses penghisaban dan
penerimaan ‘buku amal’ maka tahulah manusia ke mana ia akan berada,di surga
atau di neraka,itupun harus melewati shirathal mustaqîm,;siapa yang
selamat,sampailah ia di surga,siapa yang tidak,terjatuhlah ia ke dalam neraka.
Begitu panjang proses yang akan dilalui
oleh manusia setelah kematian,sementara kesempatan yang diberikan hanyalah
sedikit,hanya beberapa saat di dunia ini.Dan kematian,tidak ada seorang jua pun
yang mengetahuinya;kapan dan dimana ia akan mati.”Dan tiada seorang pun yang
dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati” (QS.Luqman:34).Kematian juga tidak
dapat didahulukan atau diundurkan walaupun barang sesaat (Qs.An-Nahl:61).Dari
Anas r.a,ia berkata, ”Rasulullah Saw
membuat beberapa garis lalu ia bersabda,”Ini adalah harapan manusia dan
ini ajalnya,tatkala ia berada dalam harapan,tiba-tiba garis yang terdekat
(ajal) mendatanginya” (HR.Bukhari).
Kematian itu sendiri selalu diorientasikan
dengan kesedihan atau ketakutan, diantara penyebabnya adalah belum siapnya diri seseorang dalam menghadapinya. Karenanya,
sebagian orang- terutama kaum muda-akan mengatakan,”Jangan dulu membicarakan
tentang kematian,mumpung masih muda,hidup adalah untuk dinikmati,nanti setelah
tua baru bicara soal kematian….”.Pernyataan ini seolah-olah menyimpan makna
tersirat bahwa kematian hanya akan segera mendatangi orang-orang yang telah
berusia senja,sementara yang masih muda berada di list yang paling
belakang.Padahal,begitu banyak orang-orang yang masih berusia muda menemui ajal
tanpa terduga.Kita mengira orangtuanya yang sakit-sakitan lah yang akan wafat
lebih dahulu, namun ternyata ia,yang kemarin masih dengan tegaknya berdiri dan
berbicara, berpulang ke rahmatullah lebih awal.
Bagaimana bila persepsi tentang
kematian dibalik, kematian justru dijadikan sebagai motivator dalam
kehidupan.Dengan menyadari bahwa setiap saat kematian akan menjemput,kita akan
berpacu dengan waktu untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat dalam rangka mempersiapkan
diri untuk menghadapi kematian.Dengan mengingat kematian,kita akan bersemangat
untuk mencapai kesuksesan, baik sukses duniawi maupun sukses ukhrawi.Sukses
duniawi dijadikan alat untuk mencapai sukses ukhrawi.Misalnya saja,seorang
pengusaha menginfakkan sebagian daripada hartanya untuk kemaslahatan
umat,seperti menyantuni fakir miskin dan anak-anak yatim.Di sini ia telah
mencapai kesuksesan keduanya,kesuksesan hidup di dunia dan membekali diri untuk
mencapai kesuksesan di akhirat kelak.
Mengingat kematian juga dapat dijadikan
pemicu semangat dalam menjalankan ibadah, bermua’amalat (hubungan antar sesama
manusia)dan dalam melakukan amal-amal sholeh. Bila kita merasa malas
beribadah,kita akan ingat,jika kematian menjemput maka tidak akan ada lagi
kesempatan kedua; bila kita berselisih dengan orang lain tidak akan ada peluang lagi untuk meminta
maaf,dan amal-amal sholeh juga tidak akan dapat dilakukan lagi,sebab kita telah
meninggalkan dunia yang fana ini.Kematian juga dapat dijadikan penyemangat
dalam menorehkan nama baik kita,sehingga nama kita tetap abadi diingat dan
dikenang akan segala perbuatan dan kebaikan yang telah kita kerjakan.Sebagian
orang mendapatkan ini dikala ia masih hidup lagi dan berlanjut hingga setelah
kematiannya,dan sebagian yang lain mendapatkan namanya harum setelah
ketiadaannya.Disinilah berlaku pepatah, ”manusia mati meninggalkan nama…”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar