Written By: Dr.Dianova Anwar
Pengunaan kata ‘bro’ kemungkinan lahir sebagai adaptasi dari digunakannya kata “brother” sebagai sapaan sesama Muslim di dunia Islam secara global.Adapun kata sobat “kemungkinan” digunakan sebagai trend sapaan dikarenakan pengaruh dari bahasa komunikasi anak-anak gaul di Amerika, yang menggunakan istilah “Buddy (baca: b^ die) yang berarti sobat dalam berinteraksi sesama mereka. Oleh remaja Indonesia (bahkan tak jarang juga digunakan oleh ayah-ayah muda yang sudah menikah) kata sobat ini disingkat menjadi kata “sob” untuk menyapa,memanggil atau berkomunikasi antar sesama pria. Katanya sih supaya terdengar lebih akrab.Dan ini sah-sah saja.Hanya saja apabila kedua kata ini digunakan untuk menyapa ketika bertemu sesama Muslim dan bila dirangkaikan dengan kata “hai” sehingga menjadi “Hai bro atau hai sob, pakabar?” terdengar menjadi agak janggal. Sebab di dalam Islam kita dianjurkan untuk menyebarkan salam dalam sapaan ketika bertemu ataupun saat hendak memasuki rumah. Bila penggunaan kata bro dan sob didahului oleh salam, seperti “Assalâmu’alaikum bro” atau “assalâmu’alaikum sob” kemudian diikuti dengan ungkapan,”Apa kabar bro? atau apa kabar sob?” tidak ada masalah.Yang perlu digaris bawahi adalah untuk tidak menghilangkan identitas Muslim itu sendiri.
Salam adalah kata bentukan dari bahasa Arab “sallama” yang artinya memberikan keselamatan.Pada hakikatnya memberi salam merupakan feedback untuk mendoakan diri kita sendiri. Mengapa demikian? Sebab, orang yang memberi salam dan wajib dijawab salamnya oleh orang yang diberi salam, secara tidak langsung ia mendoakan dirinya sendiri. Ia mendoakan orang lain dengan memberi salam, dan orang lain pun mendoakannya dengan menjawab salamnya.Hal ini dijelaskan Allah dalam firmanNya: “Maka Apabila kamu memasuki (suatu rumah dari) rumah-rumah(ini) hendaklah kamu memberi salam kepada (penghuninya yang berarti memberi salam) kepada dirimu sendiri, salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkat lagi baik (QS.An-Nûr : 61).
Selain itu dalam suatu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, dari Abu Hurairah r.a, bahwasanya Rasulullah Saw bersabda:” Kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman, dan tidak beriman hingga saling mencintai, maukah aku tunjukkan sesuatu hal yang bila kalian lakukan, kalian akan saling mencintai? Tebarkanlah salam di antara kalian (HR.Muslim). Ini menunjukkan bahwa menebarkan salam adalah pangkal dari timbulnya rasa mencintai sesama Muslim; yang mana akan menambah keimanan seseorang dengan mencintai saudaranya yang seiman(Qs.Al-Hujurat: 10). Begitu pentingnya menebarkan salam ini, sampai-sampai Rasulullah Saw memasukkannya diantara tujuh hal yang hendaknya segera dilaksanakan. Dari Bara bin ‘Azib r.a, ia berkata: Rasulullah Saw memerintahkan kami tujuh hal: menjenguk orang sakit, menyelenggarakan jenazah, ,membalas ucapan orang yang bersin, menolong orang yang lemah, membantu orang yagn di-zhalimi, menebarkan salam, dan memenuhi sumpah orang” (HR.Muttafaq ‘Alaih).
Cara mengucapkan salam yang terbaik adalah dengan mengucapkan,”Assalâmu’alaikum warahmatullâhi wabarakâtuh” yang artinya Keselamatan atas kamu dan rahmat Allah dan berkahNya. Dan disunnahkan menjawab “Wa’alaikumussalâm warahmatullâhi wabarakâtuh”. Ini bukan berarti kita tidak bisa mengucapkan salam dengan ucapan “Assalâmu’alaikum” saja, namun derjat pahalanya menjadi berkurang. Di dalam Al-Qur’an Surah An-Nisâ:86 Allah Swt berfirman:”Dan apabila kamu dihormati dengan suatu(salam) penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah (penghormatan itu, yang sepadan) dengannya. Sungguh, Allah memperhitungkan segala sesuatu.”
Dari Imran bin Hushein r.a, ia berkata,” Seorang lelaki datang kepada Nabi Saw seraya mengucapkan ”Assalâmu’alaikum”, lalu beliau menjawab; kemudian orang itu duduk, Nabi Saw bersabda : “Sepuluh”, kemudian datang yang lain lalu mengucapkan Assalâmu’alaikum warahmatullâhi, lalu beliau menjawab; kemudian orang itu duduk, Nabi Saw bersabda: ”Dua puluh”, kemudian datang yang lain mengucapkan ”Assalâmu’alaikum warahmatullâhi wabarakâtuh”, lalu beliau menjawab; kemudian orang itu duduk, Nabi Saw bersabda: “Tiga puluh”. (HR.Abu Daud dan Tamidzi).
Lalu bagaimanakah etika dalam memberi atau menebarkan salam? Rasulullah memberitahukan kepada kita bagaimana etika memberi atau menebarkan salam melalui sebuah hadits: Dari Abu Hurairah r.a, bahwasanya Rasulullah Saw bersabda: “Hendaklah orang yang berada di atas kendaraan mengucapkan salam kepada orang yang berjalan kaki, orang yang berjalan mengucapkan salam kepada orang yang duduk, orang yang sedikit mengucapkan salam kepada orang yang banyak”. (Muttafaq ‘Alaih). Dalam riwayat Bukhari”dan anak kecil mengucapkan salam kepada orang yang lebih tua”. Namun alangkah baiknya bila kita tidak menunggu orang lain memberi salam terlebih dahulu kepada kita, mungkin karena kita menganggap diri kita pada posisi orang yang layaknya diberi salam; karena siapa yang terlebih dahulu memberi salam adalah yang paling utama di sisi Allah. “Dari Abu Umamah r.a “ada sahabat yang berkata:”Wahai Rasulullah, dua orang lelaki yang bertemu, siapakah diantara mereka yang memulai mengucapkan salam?”, Beliau bersabda: “Yang paling utama di antara mereka di sisi Allah” (HR.Tarmidzi).
Nah, mulai sekarang jangan malu lagi untuk memberi atau menebarkan salam. Kita sudah mengetahui begitu banyak manfaatnya. Jika disimpulkan ada 3 manfaat besar dari menebarkan salam.
· Dengan terlebih dahulu memulai mengucapkan salam, kita menempati posisi yang utama di sisi Allah Swt
· Menambah cinta dan mempererat silaturahmi antara sesama Muslim dengan saling mendoakan, hingga pada akhirnya “level” kita meningkat menjadi seorang Mu’min yang mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri.
· Mendoakan diri sendiri, untuk mendapat rahmat dan berkah dari Allah Swt.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar