Gordon Memorial College,sekarang menjadi Universitas Khartoum
www.dianovanwar.blogspot.com Kota Khartoum adalah ibukota Negara Sudan, salah satu negara yang terletak di Afrika Utara, mayoritas beragama Islam, dengan bahasa pengantarnya bahasa Arab. Bukan berarti kota lain tidak memiliki aura cinta,hanya saja, belahan jiwaku lahir dan besar, tak jauh dari kota ini.
Menuju kota ini tidaklah secepat yang kuperkirakan. Menghabiskan waktu sehari semalam,sakin jauhnya, sebab tidak ada penerbangan langsung dari Indonesia. Tak heran bila menguras energy yang sangat dan ngantuk berat.Dalam perjalanan ke Khartoum, di pesawat aku bersebelahan dengan orang Bangladesh yang bertugas sebagai tentara bayaran PBB di Sudan yang baru berlibur dari Eropa. Harga tiketnya ke Eropa lebih murah daripada harga tiketku dari Indonesia ke Khartoum. Hal itu dikarenakan letak Afrika utara lebih dekat ke Eropa daripada ke Asia.
Salah satu lapangan sepak bola di Khartoum
Hal utama yang membuatku ta’jub adalah, di kota ini aku dapati sungai Nil yang bercabang dua, Nil Abyadh yang berarti Nil Putih dan Nil Azraq,yang berarti Nil Biru.Nil Abyadh airnya agak sedikit asin,sedangkan Nil Azraq airnya berasa air tawar.Keduanya bertemu berhampiran di Khartoum.Subhanallah! Hal lain yang sangat terasa berbeda dengan kota-kota lain adalah keramahan penduduknya. Orang-orang Sudan masih mengutamakan tali silaturahim di antara mereka selain tentunya ibadah. Bila ada yang baru datang,diucapin kata selamat datang, bila ada yang sakit dikunjungi, ketika ada yang melahirkan dijenguk,apalagi kalau ada yang walimah atau meninggal,ramenya…sebegitu meriah pesta pernikahan sebegitu juga meriah datang ketika orang meninggal.Dan ramainya orang yang datang dalam suatu hajatan atau moment sudah pasti menunjukkan baik tidaknya seseorang dalam bermasyarakat atau bersilaturahim.Karena begitu bagusnya hubungan sosial di sana,sampai-sampai kalau ada pesta nggak perlu bayar tukang masak atau pesan catering,disebabkan orang-orang pada bantuin yang punya hajatan untuk memasak dan persiapan-persiapan lainnya.Hal yang mungkin sangat langkah sekarang ini didapati di Indonesia, atau bisa dikatakan hampir-hampir sirna.
Sungai Nil
Air sungai Nil sangatlah jernih, melebihi jernihnya air pegunungan. Sakin jernihnya nggak perlu disaring lagi,dari pet langsung bisa di minum,Masya Allah…! Namun begitupun, di negeri ini pula aku melihat debu dalam kuantitas yang banyak untuk pertama kalinya.Debu bisa di dapati di halaman-halaman rumah dan di jalan-jalan. Tiada hari tanpa debu…Peralihan musim panas ke musim dingin di Sudan, khususnya di Khartoum sangatlah ekstrim,melebihi dari yang pernah kualami di India. Di kota ini, ada sekitar 15 kali datang angin puting beliung yang luar biasa dalam hitungan detik, namun merubah segala-galanya jadi putih nan berdebu hanya untuk turunnya hujan sekian detik. Ketika melihat hujan yang seperdetik itu,hatiku senang bukan kepalang, seperti belum pernah melihat hujan saja sebelumnya. Hujan menandai, akan hadirnya musim dingin di kota ini.Apapun keadaannya, tetap aku syukuri, yang penting ada suami tercinta yang selalu menemani…….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar