Minggu, 30 September 2012

Kultum: Memuliakan Tamu

Written By: Dr.Dianova Anwar

www.dianovanwar.blogspot.com Mari kita melihat bagaimana keadaan masyarakat sekarang, khususnya di kota-kota besar bila seseorang datang bertamu.Tanpa bermaksud bersu'udzhon,hanya mengungkapkan dari hasil pengamatan,bahwa kebanyakan orang yang didatangi sudah dapat 'membaca' maksud kedatangan tamunya,kemungkinan besar ada keperluan; kalau tidak mengundang acara kawinan,bermaksud meminta pertolongan,misalnya meminjam uang. Walhasil,sambutan yang diberikan pun 'kurang hangat' dan serasa hendak mengusir cepat-cepat dengan tanpa disuguhkannya segelas minuman sekedar pelepas dahaga. Mungkin dalam hatinya,"kalau tidak ada keperluan,tidak kan datang".Saya pernah mengalami hal ini,ketika saya kembali dari Sudan dan datang bertamu ke rumah seorang teman baru,namun ia menyuguhkan segelas minuman,lalu berkata,"ngomong-ngomong,ada perlu apa nih,apa mau ngasih undangan kerabat yang kawinan?"Wah,saya ya terkejut.Saya katakan bahwa saya melewati rumahnya dan ingat alamat yang diberikannya,jadi saya pikir mengapa tidak singgah saja untuk bersilaturahmi sekalian tahu dimana rumahnya,tidak ada tujuan lain selain silaturrahmi,itu saja.Lalu ia katakan,soalnya sekarang ini kalau datang biasanya ya itu ngasih undangan atau ada keperluan.Ini artinya,keadaan masyarakat sekarang sudah mengalami pergeseran nilai,baik nilai etika maupun nilai kepercayaan.Disebutkan nilai etika,hendaknya kita bersikap santun kepada tamu,sebab kita belum tahu apa tujuan kedatangannya;bisa jadi cuma silaturrahmi.Disebutkan mengalami pergeseran nilai kepercayaan,karena tidak semua tamu yang datang adalah tamu yang diharapkan,artinya tamu tak diundang atau tamu yang dicurigai memiliki maksud kurang baik,pencuri atau penipu misalnya. 
 
Memuliakan tamu adalah ciri orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian.Dari Abu Hurairah r.a bahwa Rasulullah Saw bersabda,"Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka muliakanlah tamunya,dan siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hubungkanlah tali silaturrahmi,siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir katakanlah yang baik atau diam (HR.Muttafaq 'Alaih).Bagaimana dengan tamu yang datang berkunjung dan menginap di rumah? kita diperintahkan untuk menjamunya selama 3 hari,lebih dari itu adalah sedekah untuk tuan rumah.Dari Khuwailid bin Amru r.a ia berkata,"Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda,"Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka muliakanlah tamunya selama hari istimewa",para sahabat berkata,"Apa hari istimewa itu wahai Rasulullah?" beliau bersabda,"Sehari semalam,sedangkan menjamu tamu selama 3 hari,lebih dari itu dianggap sedekah untuk tuan rumah" (HR.Muttafaq 'alaih).
 
Di dalam al-Qur'an ada dikisahkan bagaimana nabi Ibahim a.s 'menyerfis' tamu-tamunya ketika datang dengan menghidangkan daging sapi gemuk yang dibakar,yang mana tamu-tamunya itu tidak mau memakan hidangan yang disajikannya,ternyata tamu-tamunya itu adalah para malaikat yang datang untuk mengabarkannya,bahwa ia akan mendapatkan seorang anak yang bernama Ishak (QS.Adz-Dzaariyaat: 24-28).     Selanjutnya,para malaikat tadi juga mendatangi nabi Luth a.s untuk mengabarkan akan dibinasaknnya negeri kaum Luth dan kaumnya yang sudah melampaui batas, atas perintah Allah Swt; dan nabi Luth yang juga pada awalnya tidak mengetahui mereka adalah malaikat,menganggap mereka adalah tamu-tamunya,sehingga ia berkata kepada kaumnya yang menyukai sesama jenis (homo) untuk tidak mencemarkan namanya dihadapan tamu-tamunya (QS.Huud:78).   
 
Namun,Rasulullah Saw mengatakan hendaknya kita jangan bermukim atau bermalam di rumah orang yang kita tahu bahkan untuk makannya pun tidak cukup,sehingga akan mengundang dosa baginya sebab ia tidak dapat menjamu tamunya (HR.Muslim).Demikianlah kultum Memuliakan Tamu dari www.dianovaanwar.blogspot.com semoga bermanfaat.
 
 
 

 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar