Written By: Dr.Dianova Anwar
www.dianovanwar.blogspot.com
Mari kita melihat bagaimana keadaan masyarakat sekarang, khususnya di kota-kota
besar bila seseorang datang bertamu.Tanpa bermaksud bersu'udzhon,hanya
mengungkapkan dari hasil pengamatan,bahwa kebanyakan orang yang didatangi sudah
dapat 'membaca' maksud kedatangan tamunya,kemungkinan besar ada keperluan;
kalau tidak mengundang acara kawinan,bermaksud meminta pertolongan,misalnya
meminjam uang. Walhasil,sambutan yang diberikan pun 'kurang hangat' dan serasa
hendak mengusir cepat-cepat dengan tanpa disuguhkannya segelas minuman sekedar
pelepas dahaga. Mungkin dalam hatinya,"kalau tidak ada keperluan,tidak kan
datang".Saya pernah mengalami hal ini,ketika saya kembali dari Sudan dan
datang bertamu ke rumah seorang teman baru,namun ia menyuguhkan segelas minuman,lalu
berkata,"ngomong-ngomong,ada perlu apa nih,apa mau ngasih undangan kerabat
yang kawinan?"Wah,saya ya terkejut.Saya katakan bahwa saya melewati
rumahnya dan ingat alamat yang diberikannya,jadi saya pikir mengapa tidak
singgah saja untuk bersilaturahmi sekalian tahu dimana rumahnya,tidak ada
tujuan lain selain silaturrahmi,itu saja.Lalu ia katakan,soalnya sekarang ini
kalau datang biasanya ya itu ngasih undangan atau ada keperluan.Ini
artinya,keadaan masyarakat sekarang sudah mengalami pergeseran nilai,baik nilai
etika maupun nilai kepercayaan.Disebutkan nilai etika,hendaknya kita bersikap
santun kepada tamu,sebab kita belum tahu apa tujuan kedatangannya;bisa jadi
cuma silaturrahmi.Disebutkan mengalami pergeseran nilai kepercayaan,karena
tidak semua tamu yang datang adalah tamu yang diharapkan,artinya tamu tak
diundang atau tamu yang dicurigai memiliki maksud kurang baik,pencuri atau
penipu misalnya.
Memuliakan tamu adalah
ciri orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian.Dari Abu Hurairah r.a bahwa
Rasulullah Saw bersabda,"Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir
maka muliakanlah tamunya,dan siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir
hubungkanlah tali silaturrahmi,siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir
katakanlah yang baik atau diam (HR.Muttafaq 'Alaih).Bagaimana dengan tamu yang
datang berkunjung dan menginap di rumah? kita diperintahkan untuk menjamunya
selama 3 hari,lebih dari itu adalah sedekah untuk tuan rumah.Dari Khuwailid bin
Amru r.a ia berkata,"Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda,"Siapa
yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka muliakanlah tamunya selama hari
istimewa",para sahabat berkata,"Apa hari istimewa itu wahai
Rasulullah?" beliau bersabda,"Sehari semalam,sedangkan menjamu tamu
selama 3 hari,lebih dari itu dianggap sedekah untuk tuan rumah"
(HR.Muttafaq 'alaih).
Di dalam al-Qur'an ada dikisahkan bagaimana nabi Ibahim
a.s 'menyerfis' tamu-tamunya ketika datang dengan menghidangkan daging sapi
gemuk yang dibakar,yang mana tamu-tamunya itu tidak mau memakan hidangan yang
disajikannya,ternyata tamu-tamunya itu adalah para malaikat yang datang untuk
mengabarkannya,bahwa ia akan mendapatkan seorang anak yang bernama Ishak
(QS.Adz-Dzaariyaat: 24-28). Selanjutnya,para
malaikat tadi juga mendatangi nabi Luth a.s untuk mengabarkan akan
dibinasaknnya negeri kaum Luth dan kaumnya yang sudah melampaui batas, atas
perintah Allah Swt; dan nabi Luth yang juga pada awalnya tidak mengetahui
mereka adalah malaikat,menganggap mereka adalah tamu-tamunya,sehingga ia
berkata kepada kaumnya yang menyukai sesama jenis (homo) untuk tidak
mencemarkan namanya dihadapan tamu-tamunya (QS.Huud:78).
Namun,Rasulullah Saw mengatakan hendaknya
kita jangan bermukim atau bermalam di rumah orang yang kita tahu bahkan untuk
makannya pun tidak cukup,sehingga akan mengundang dosa baginya sebab ia tidak
dapat menjamu tamunya (HR.Muslim).Demikianlah kultum Memuliakan Tamu dari www.dianovaanwar.blogspot.com
semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar