Rabu, 05 September 2012

Miskin dengan yang Miskin

www.dianovaanwarblogspot.com Di India sistem kasta tidak hanya kita dapati pada masyarakat Hindu,namun hal ini kita dapati juga pada masyarakat Muslim,khususnya bagi orang-orang kelas bawah.Tidak disangsikan lagi,ini adalah sebagai pengaruh atau dampak dari system kasta pemeluk agama Hindu yang mendominasi negara India.
Orang-orang India akan mencarikan jodoh buat anaknya yang ‘selevel’ atau sekelas dengan mereka.Masyarakat muslim India yang berpendidikan pada umumnya adalah masyarakat kelas menengah ke atas.Sangat-sangat jarang kita dapati orang-orang India, baik yang muslim ataupun non muslim yang fakir miskin akan ‘mengecap’ bangku pendidikan tinggi.Sebabnya adalah dari mana mereka akan mendapatkan uang untuk melanjutkan pendidikan ataupun mengecap sekolah public school,yaitu sekolah yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar, sementara untuk makan saja kembang kempis.Mereka hanya mampu memasukkan anak-anak mereka ke sekolah-sekolah pemerintah yang menggunakan bahasa Hindi sebagai bahasa pengantar.Tak heran,bila seorang tukang becak tidak dapat berbahasa Inggris bahkan mungkin SD pun tidak tamat.Bukanlah hal yang aneh bila seorang pembantu akan menikah dengan tukang becak,dan bila begini bagaimana anak-anak mereka?
Gaji pembantu ‘tak menginap’ sangat-sangat murah di India.Bayangkan saja,untuk setiap pekerjaan(pada saat saya di sana-2004) hanya bernilai 200 rupees yang setara lebih kurang 40.000 rupiah.Bila si pembantu mengerjakan tiga jenis pekerjaan,seperti menyapu-mengepel, kemudian mencuci piring dan mencuci baju,maka kita hanya akan membayar 3x200=600 rupees,bila diuangkan ke Indonesia,kira-kira 120.000 rupiah. Makanya karena sakin minimnya gaji mereka,satu hari bisa sampai 2-3 rumah yang dibersihkan atau yang didatangi.Sehingga mereka akan memperoleh penghasilan 600x2 atau 600x3 yang artinya setara dengan uang Indonesia?Silahkan anda hitung sendiri.Belum lagi setiap rumah tidak semuanya mempekerjakan sampai 3 jenis pekerjaan.Dari sinilah mereka hidup,bila suami hanya tukang becak berapa peraklah pendapatannya.Jadi,kalau untuk menyambung  hidup saja sudah begini,bagaimana dapat menyekolahkan anak hingga ke jenjang yang tinggi? Ini membuat saya bersyukur dilahirkan dan dibesarkan di Indonesia.Karena di Indonesia setiap orang bisa merubah hidupnya bila bersungguh-sungguh.Bahkan bukanlah hal yang mustahil, bila ada anak seorang tukang becak yang setelah dewasanya sukses dan dapat menikahi seorang anak Jendral yang berpangkat tinggi.Demikianlah uraian tentang Miskin dengan yang Miskin dari www.dianovaanwar.blogspot.com semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar