Rabu, 01 Januari 2014

The Most Fenomenal News in 2013: Kudeta Militer di Mesir

Aksi Duduk Para Demonstran Pro Mursi Yang Memenuhi Lapangan Masjid Rabia Al-Adawiyah Sejak Tanggal 30 Juni 2013-14 Agustus 3013 (Foto Kiri) dan  Saat Pembubaran dan Pembantaian Pada Tgl 14 Agustus 2013 (Fofo Kanan) (Sumber Foto: Wikipedia.org) 


Written By: Dr.Dianova Anwar
www.dianovaanwar.blogspot.com Kudeta militer di Mesir yang terjadi pada tanggal 3 Juli 2013 lalu sangat mencuri perhatian masyarakat dunia, dimana presiden terpilih secara demokrasi sekaligus presiden pertama madani- dari warga sipil Mesir, Dr.Mohammad Mursi digulingkan oleh menteri pertahanan yang dilantiknya sendiri, Jenderal Abdul Fatah Sisi.

Dunia dibuat tercengang….bagaimana tidak, Mursi yang menang dalam Pemilihan presiden tahun 2012 lalu dengan mengantongi jumlah suara sekitar 53% mengalahkan lawannya Ahmad Syafiq, mantan perdana menteri di era Husni Mubarak digulingkan setelah setahun pemerintahannya.Pada awalnya, masih diperdebatkan apakah penggulingan Mursi tepat dikatakan kudeta atau tidak, sebab sebagian rakyat Mesir memenuhi lapangan Tahrir dan di depan Istana Presiden meminta diadakan Pemilihan Umum secara dini kembali.

Penggulingan Mursi dimotori oleh pihak atau partai-partai yang kalah dalam pemilu lalu, baik pemilihan parlemen atau presiden (partai-partai liberal dan skuler), orang-orang dibelakang Mubarak dan Ahmad Syafiq, lahirnya Gerakan Tamarrud (Pemberontak)  plus sebagian partai Islam (HizbunNuur) yang berasal dari kelompok Islam Salafiyah yang merasa kurang adil dalam “pembagian kue kekuasaan”.Belakangan, Hizbun-Nuur pecah, dan kelompok mudanya membentuk partai baru Hizbu Wathan, pro Mursi dan masuk ke dalam Aliansi partai-partai pendukung pemerintah yang sah.

Bagi sebagian masyarakat Mesir yang pada awalnya berpartisipasi dalam unjuk rasa penggulingan Mursi merasa enggan untuk menyebutkan peristiwa 3 Juli tsb sebagai kudeta namun sebagai revolusi, sedangkan istilah revolusi itu sendiri di belahan dunia manapun pasti diiringi dengan adanya jatuh korban, namun tidak halnya dengan aksi protes sejak tanggal 30 Juni hingga 3 Juli 2013 lalu.Penyebutan kudeta menjadi semakin jelas dan kuat setelah pembunuhan yang dilakukan oleh pihak militer (baik polisi maupun tentara) terhadap rakyat sipil pendukung pemerintahan yang sah (pendukung Mursi) yang berdemonstrasi tanpa senjata (terbanyak dari pendukung partai Kebebasan dan Keadilan/Ikhwanul Muslimin) di depan Republic Guard (Garda Republik), tempat yang diyakini para pendukung Mursi sebagai tempat ditahannya sang presiden.Bentrokan demi bentrokan dan korban terus berjatuhan mewarnai aksi protes damai para pendukung pemerintah Mesir yang sah, mulai dari insiden jembatan 6 Oktober, insiden Ramses I dan II, insiden Mansoura, insiden Iskandariah dan beberapa daerah lainnya termasuk Suez hingga berpuncak pada pembantaian para demonstran di lapangan  Rabi’ah al’Adawiyah dan lapangan Nahdah pada tanggal 14 Agustus 2013 lalu (para demonstran melakukan aksi duduk lebih kurang 6 minggu sejak tanggal 30 Juni 2013).
 
 

 

Pembantaian Rabi’a al-‘Adawiyah dan Nahdah  ini dilakukan setelah rezim kudeta gagal ‘menghalau’ para demonstran dengan berbagai cara, mulai dari memadamkan aliran listrik hingga air.Jumlah demonstran yang dibantai mencapai ribuan, mulai dari anak-anak sampai orangtua. Rezim kudeta sendiri mengatakan sekitar lebih dari 600-an korban, sedangkan rumah sakit Madani Kota Nasr,Kairo menyebutkan lebih dari 2000-an korban (di lapangan Rabi’ah sendiri lebih dari 1000 korban).Kejadian ini diabadikan hingga sekarang oleh para pendukung Mursi dan pemerintahan Mesir yang Sah yang isyarat 4 jari yang melambangkan Rabi’ah (dalam bahasa Arab Rabi’ah artinya empat), sehingga mudah diingat oleh dunia, meski nama Rabi’a al-Adawiyah itu sendiri adalah nama seorang  sufi muslimah yang terkenal dan tercatat dalam sejarah Islam.

Bagi para pendukung Mursi symbol Rabi’ah adalah symbol perlawanan dan keteguhan, sedang bagi masyarakat dunia, rabiah  menjadi symbol kemanusiaan.Bila seseorang mengacungkan 4 jarinya saja, pihak aparat keamanan atau pihak-pihak yang mengkudeta akan merasa mendidih darahnya. Setiap orang akan mengingat aksi pembantaian tsb mulai dari penembakan yang kebanyakan di kepala dan dada sampai pembakaran sebagian korban yang telah dikafani. Beberapa waktu lalu, seorang pemain sepakbola Mesir terkenal Ahmad Abdu Zahir, sekaligus kapten kesebelasan, pada pertandingan Liga Afrika, secara spontan mengacungkan 4 jarinya sebagai symbol rabi’ah setelah ia membobol gawang lawan.Terang saja aksi ini membuat para pengkudeta ‘kebakaran jenggot’. Ahmad Abdu Zahir pun dikeluarkan dari tim kesebelasan nasional dan dilarang bermain di dunia internasional selama setahun.

Lebih kurang 6 bulan sudah pemerintahan kudeta militer berlangsung di Mesir, dan selama kurun waktu itu pula semakin bertambah para pendukung atau simpatisan Ikhwanul Muslimin yang melakukan aksi protes damai setiap hari ke jalan-jalan,mulai dari jam 7 pagi sampai tengah malam. Kegigihan Ikhwanul Muslimin (Partai Kebebasan dan Keadilan) sendiri dan partai-partai pendukung pemerintahan yang sah (sekitar 11 partai yang tergabung dalam Aliansi Nasional Pendukung Pemerintahan Yang Sah, diantaranya Partai Wasth,Partai Dhomir,Partai Kemerdekaan,Partai Pembinaan dan Pertumbuhan dan Partai Wathan) dalam mengembalikan pemerintahan yang sah secara utuh, mulai dari parlemen dan presidennya sampai kepada sistem pengadilan di Mesir juga didukung oleh kebanyakan rakyat Mesir yang berdomisili di luar Mesir, seperti di Eropa,AS, Kanada dan Australia.

Tekanan-tekanan dan aksi kekerasan yang dilakukan oleh rezim kudeta terhadap ikhwanul Muslimin bukannya mengendorkan semangat mereka malah sebaliknya, mencuri simpati rakyat Mesir yang pada awalnya anti Ikhwan.Media televisi Mesir, baik resmi maupun swasta setelah penggulingan Mursi tidak ada satupun yang berpihak pada ikhwan.Ini bisa dimaklumi karena kebanyakan para pemilik televisi tsb adalah orang-orang militer dan orang-orang Mubarak.Tak heran semuanya pro Sisi dan menjadi media propaganda yang memicu aksi kekerasan terhadap para pendukung Mursi. serta menyiarkan berita-berita yang bukan sebenarnya. Al-Jazeera Mubasher Mesir menjadi satu-satunya media televisi saat ini bagi para pendukung pemerintahan Mesir yang sah (Mursi) dalam menyiarkan realita-realita yang terjadi di Mesir. Sementara itu surat kabar Partai Keabebasan dan Keadilan yang menyuarakan pro-Mursi ditutup oleh pemerintah kudeta menyusul pelabelan pemerintah kudeta terhadap  Ikhwanul Muslimin sebagai organisasi teroris.

Sesungguhnya ada beberapa faktor di balik penggulingan Mursi, diantaranya adalah kepentingan AS dalam menjaga keamanan Israel; terusan Suez yang menjadi ‘ladang duit’ bagi militer (Mursi membuat kebijakan untuk terusan Suez ini sebagai salah satu income terbesar bagi rakyat Mesir tanpa campur tangan militer) dan usaha-usaha ekonomi yang dimiliki dan didiominasi oleh pihak militer.Tak heran kudeta militer di Mesir mendapat dukungan dari negara-negara teluk seperti Uni Emirat Arab dan Kuwait untuk kepentingan Suez (perekonomian mereka) sedangkan Saudi Arabia sendiri mengkhawatirkan timbulnya kekuatan politik Islam demokrasi yang sudah tentu berlawanan dengan sistem kerajaan Arab Saudi (namun isu yang dihembuskan di Saudi Arabia sendiri, bekerjasamanya Mursi dengan Iran membuka pintu sebagai menyebarnya paham syi’ah di Timur Tengah).

 

Banyaknya gerakan-gerakan anti kudeta yang lahir di Mesir pasca kudeta, diantaranya Gerakan-Gerakan Mahasiswa dan Mahasiswi di seluruh universitas di Mesir, seperti Universitas al-Azhar dan cabang-cabangnya di berbagai daerah dan Universitas Kairo memicu aksi kekerasan baru di Mesir.Kampus-kampus yang saban hari berdemonstrasi pun diserbu oleh pihak keamanan menyusul keputusan pemerintah kudeta yang mencap Ikhwanul Muslimin sebagai organisasi teroris dengan alasan menindak mahasiswa melakukan aksi mogok ujian.Pencapan ikhwanul muslimin sebagai organisasi teroris adalah keputusan tanpa hukum tapi bersifat politik oleh rezim kudeta setelah lebih dari 5 bulan rezim kudeta gagal menjelek-jelekkan Ikhwan.Keputusan ini dikeluarkan setelah insiden pemboman kantor polisi di Mansoura, ikhwan dituduh sebagai dalangnya. Lucunya, setelah pemerintahan kudeta mengumumkan ikhwan sebagai organisasi teroris, Jama’ah Anshar Bait Muqaddas malah mengklaim bertanggung jawab atas pemboman tsb, dan pada konferensi pers partai-partai dan organisasi pendukung Sisi presiden, nama Jama’ah Anshar Bait Muqaddas ini tampak di antaranya.Ini menimbulkan tanda tanya besar tentunya, pada websitenya Jama’ah Anshar Bait Muqaddas bukan hanya membuat pernyataan bertanggung jawab atas pemboman Mansoura namun juga menyatakan dukungannya atas pemerintahan  Mursi sebagai pemerintahan yang sah.Sementara itu wujud Jama’ah ini sendiri sampai saat initidak jelas.Spekulasi pun muncul, bahwasanya insiden pemboman di Mansoura tsb ditenggarai oleh kementrian dalam negeri sendiri atau pemerintahan kudeta militer dengan memfitnah Ikhwan sebagai pelakunya, dan boleh jadi juga jama’ah ini adalah jam’ah fiktif atau rekayasa.

Tanggal 25 Januari mendatang ini akan menjadi momen besar, momen peringatan revolusi bagi rakyat Mesir, dimana pada tanggal tsb lah presiden Husni Mubarak digulingkan.Tanggal ini pula yang dijadikan patokan bagi para pendukung Mursi untuk mengembalikan Mursi ke tampuk pemerintahan, sebab pasca revolusi 2011 diadakan pemilu parlemen dan presiden, Mursi lahir sebagai presiden pasca revolusi tsb.Sudah dapat dibayangkan pada tanggal dan hari tsb di tahun 2014 ini akan diiringi oleh aksi demonstrasi secara massive di seluruh penjuru Mesir.Referrendum Konstitusi Baru Rezim Kudeta yang akan berlangsung pada tanggal 14-15 Januari 2014 diboikot oleh para pendukung pemerintahan yang sah.Akankah tanggal 25 Januari, pada hari revolusi rakyat Mesir, Mursi kembali ke tampuk pemerintahan? Kita lihat saja nanti…..   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar