Di saat-saat awal Ramadhan seperti sekarang ini, dimanapun aku berada, baik ketika dulu di India, di Sudan maupun sekarang di Saudi Arabia ini, pasti aku akan teringat ke tanah air, terutama teringat akan masakan ibu, rendang dan ikan teri Medan. Sepertinya aku tidak akan mendapatkan seseorang yang dapat memasak seenak masakan ibuku. Setiap memulai puasa, ibu selalu memasak kedua jenis makanan itu, katanya biar tambah semangat puasanya. Hal itu dilakukan selama bertahun-tahun, seperti sudah tradisi.
Ibuku adalah seorang yang tegar dan kuat. Ia jarang menangis bila tidak benar-benar tersakiti dan benar-benar dalam menghadapi kesulitan.Ia juga seorang wanita yang menginginkan anak-anaknya lebih maju daripada dirinya dan dihargai oleh orang lain.Dan ia seorang yang ahli dalam mengolah keuangan meskipun tidak tamatan SMEA (Sekolah Menengah Ekonomi Atas) apatah lagi mengecap bangku kuliah.
Ibuku memiliki daya ingatan yang sangat kuat.Bayangkan saja, sewaktu aku kuliah dulu, juga kakakku, dan adik perempuanku, ibuku ingat jadwal kuliah kami bertiga selama seminggu, top nggak tuh? Bila kami terlambat pulang, ia sudah berdiri di depan pintu pagar. Maklumlah, dulu belum ada hp, mau nelpon ke TU (Telpon Umum) malas, pake koin, terkadang sampai seribu kali nggak nyambung-nyambung (wong TU nya udah banyak yang rusah). Setelah dipikir-pikir ibuku berbuat seperti itu untuk menjaga kami, khawatir, namanya juga anak perempuan, ia takut kalau kenapa-kenapa.
Ibu juga menabung uang beasiswaku dulu ketika aku di PGAN (Pendidikan Guru Agama Negeri- setingkat dengan SMA).Uang beasiswaku itu untuk masuk kuliah, begitu pula ketika aku mendapat beasiswa di USU, kuberikan pada ibu. Ketika aku hendak melanjutkan kuliah S-2 ke India, ibu mengambil dari uang tabungan beasiswaku tadi, dikarenakana masih kurang, terpaksa ditambahilah dari uang tabungan haji ayah, sehingga uang ONH ayah tinggal separoh.
Ibuku adalah wanita yang paling cantik sedunia, matanya yang kecoklatan, hidungnya yang mancung dan tubuhnya tinggi semampai, persis kayak orang India.Pantas saja almarhum ayahku jatuh cinta padanya. Ia tidak pernah mendendam dan selalu memafkan. Dan ia mencoba adil dalam mencintai kami semua anak-anaknya. Jika aku tidak menuliskan tentang kebaikan-kebaikan wanita yang telah mengandungku selama 9 bulan ini, yang telah melahirkanku, menyusuiku selama 2 tahun, membesarkanku,mendidikku, berada disampingku dalam suka dan duka hingga hari ini, maka aku tak akan pernah memaafkan diriku. Ibu, terima kasih telah melahirkanku….ibu, terimakasih telah membesarkanku…..dan ibu, terima kasih untuk mencintaiku……
Tidak ada komentar:
Posting Komentar