www.dianovaanwar.blogspot.com Umumnya di Indonesia yang berbelanja untuk kebutuhan sehari-hari seperti sayur mayur dan lauk pauk untuk dimasak adalah para ibu rumah tangga.Apalagi di daerah tempat asal saya,Medan,setiap hari sekitar pukul 7-9 pagi,’kede sampah’ –begitu sebutan orang Medan untuk kedai yang menjual sayur-mayur segar dan ikan serta daging beserta bumbu-bumbunya,ramai ‘diserbu’ oleh omak-omak,bahkan malah ditunggui, ini terjadi bila si penjual lama datangnya dari pusat pasar membawa barang dagangannya.Lain lagi pedagang keliling yang membawa sayur-mayur untuk dijual,meski tidak sebanyak di Jakarta yang tiap gang atau blok ada,tapi hal ini cukup membantu bagi para ibu yang ketinggalan atau bangun kesiangan, sehingga tidak mendapatkan apa-apa lagi di kede sampah.
Ketika saya di India,saya mendapati bukan saja wanita yang berbelanja,tapi juga kaum pria. Apalagi untuk keluarga India Muslim yang biasanya dari kalangan ekonomi menengah ke atas atau orang-orang berpendidikan, biasanya bila tidak suami atau anak laki-lakinya yang berbelanja,maka mereka akan menyuruh pembantu yang sudah lama bersama mereka, sehingga sudah benar-benar dipercaya.Namun berbelanjanya tidak sampai menunggui si penjual,karena di sana bukan saja banyak pasar tapi juga banyak penjual,maklum lah India kan negara dengan penduduk terpadat kedua di dunia.Selain pedagang yang mangkal di lapak-lapak atau kedai-kedai,ada pula penjual keliling dengan gerobak dorongnya yang berteriak keras menawarkan jenis sayuran yang dijual,”Gobie,halue….” (hehehe) lucu juga kaloq ingat.Yang artinya kol,kentang.Sayur-mayur yang dijual si pedagang keliling di India tidak sebanyak pedagang sayur mangkal,biasanya jenis sayur yang tahan lama dan ‘kebal’ hantaman udara, seperti kentang,bawang merah dan kol.Ada juga pedagang keliling yang menjual buah-buahan seperti apel,jeruk dan anggur. Bila pedagang keliling lewat,biasanya yang belanja ibu-ibu,tapi untuk kawasan Muslim,umumnya pria yang keluar untuk berbelanja.Bedanya dengan yang di Medan bukan itu saja,pedagang sayuran di India tidak ada pedagang sayuran yang juga menjualikan dan daging segar; ada penjual ikan yang khusus menjual ikan dan ada yang special menjual daging-seperti keadaan pusat pasar di Indonesia, tapi di sana diterapkan untuk semua jenis pasar,termasuk pasar-pasar kecil.
Nah,sewaktu di India pasca menikah,saya tidak pernah berbelanja,tapi suami.Saya pikir ini apa suami mengikut adat muslim India di sini atau emang adat Sudan demikian.Tapi ia berbelanja tidak tiap hari,seminggu sekali dan untuk kebutuhan seminggu,dan belanjanya pun di pasar khusus yang menjual barang-barang dari negara lain,termasuk jenis sayur mayurnya,namanya INA market.Di pasar ini,bukan hanya ada ikan segar,daging tapi juga ada jenis sayur mayur Indonesia seperti buncis dan kacang panjang.Bahkan ada toko yang menjual produk-produk Indonesia dan negara-negara lain seperti mie instant.Tapi harganya,jangan ditanya,lumayan mahal daripada pasar-pasar yang lain,ini dikarenakan barang yang dijual ‘langka’ tidak terdapat di semua pasar.Suami biasanya membeli zaitun hijau dan zaitun hitam dari pasar ini,ikan,daging kambing segar plus sayur segar.Untuk kebutuhan sehari-hari seperti susu segar,roti bantal, mentega,minyak goreng dan keperluan kamar mandi,kami tinggal menelpon toko terdekat, maka seorang anak laki-laki tanggung akan mengantarkannya ke rumah.
Model berbelanja ala pria ini juga terdapat di Sudan.Rupanya ini merupakan salah satu adat orang Arab,termasuk Sudan,dimana kaum pria lah yang berbelanja barang-barang keperluan rumah tangga,para isteri tinggal mengolah dan memasaknya.Karenanya sewaktu saya di sana, saya tidak tahu satu pun harga sayur-mayur,semuanya telah terkirim dari pasar dan tiba di rumah di waktu dhuha sebelum masa sarapan tiba.Tidak seperti di India,roti bisa dibuat di rumah dan bisa dibeli dipasar; di Sudan cukup dengan membeli roti saja,selain harganya sangat murah,kita pun tidak perlu capek-capek memasaknya.Bahkan ada juga penjual kacang sudan (kacang tanah) yang sudah digiling halus,ini biasanya digunakan untuk membuat dakkwah atau sejenis salad sayur untuk sarapan (lih.entri: resep masakan Sudan: Dakkwah).
Di Saudi Arabia ini,seperti halnya di India dan Sudan,umumnya kaum bapak yang berbelanja ke supermarket;ada juga yang membawa isteri tapi sesekali,dan biasanya hari Jum’at dipilih sebagai hari berbelanja bersama karena hari libur.Orang-orang di sini,bukan saja orang Arab,tapi juga para pendatang,berbelanja dalam jumlah yang cukup banyak,dimasukkan ke dalam kulkas,untuk stock seminggu bahkan sebulan,seperti daging ayam.Di sini kebanyakan barang-barangnya,termasuk sayur mayur,ikan dan daging diimpor.Jadi jangan heran,kaloq pisangnya dari Philipina,bawang merahnya dari Sudan,jeruknya dari Mesir,wortelnya dari Brazil,dst,walhasil harganya pun mahal nya minta ampun melebihi negara-negara yang pernah saya mukimi.
Adat India,khususnya Muslim India dan Arab yang menempatkan pria atau suami bertanggung jawab dalam hal beli-membeli kebutuhan harian ini,bila dilihat dari sisi positifnya,meringankan kaum istri.Para istri tidak perlu pusing-pusing memikirkan harga kebutuhan pokok (sembako) beserta sayur dan lauk yang naik turun atau terus meroket harganya.Ditinjau dari segi Syar’i,sudah tentu hal ini dapat mencegah timbulnya ‘fitnah’ bila si isteri yang berbelanja, karena di India dan Arab tidak ada pedagang omak-omak,semuanya bapak-bapak atau anak-anak muda.Kebiasaan ini menurut penulis sangat baik dan “memanjakan kaum hawa……”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar