Written by: Dr Dianova Anwar
www.dianovaanwar.blogspot.com Jika di Ramadhan tahun lalu, artikel Seputar Yerusalem menjadi salah
satu artikel ungguglan di blog ini, maka pada Ramadhan tahun ini, saya akan
mencoba untuk mengupas Seputar Ramadhan dari sudut pandang yang berbeda.
Ramadhan, bulan ke-9 dari kalender Islam (Hijriyah) merupakan bulan
Maghfirah (ampunan), bulan Nuzulul Qur’an serta bulan dimana terdapatnya Malam
Lailatul Qadar, malam yang lebih baik daripada 1000 bulan.Definisi puasa
Ramadhan sendiri adalah menahan diri dari makan,minum dan syahwat mulai dari
fajar sampai terbenamnya matahari, selama satu bulan lamanya di bulan Ramadhan,
terkecuali bagi mereka-mereka yang terhalang untuk mengerjakannya seperti
wanita haidh, nifas, hamil, sakit ataupun dalam perjalanan, yang semuanya dapat
diganti diluar bulan Ramadhan atau dibayarkan fidyahnya.
TAQWA, PERINGKAT PUNCAK YANG HENDAK DIRAIH
Kewajiban berpuasa di bulan Ramadhan hanyalah ditujukan bagi
orang-orang yang beriman, untuk tujuan akhir: menaikkan peringkat orang-orang
yang beriman tsb ke level “Taqwa”.Simaklah firman Allah Swt berikut ini:“Wahai
orang-orang yang berimana! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu, mudah-mudahan kamu bertaqwa” (QS.2: 183).
Karenanya, bila ada seorang yang mengaku sebagai seorang Muslim, namun ia tidak
melaksanakan perintah Allah yang satu ini, maka levelnya adalah masih berada di
level atau peringkat seorang Muslim saja. Lebih jelasnya adalah,peringkat
Mukmin atau beriman diatas peringkat Muslim (orang Islam), dan peringkat Taqwa
berada di atas peringkat Mukmin.Untuk mencapai peringkat Taqwa, maka seorang
Muslim harus sudah berada di level Mukmin. Mukmin sudah pasti Muslim, namun
Muslim belum tentu Mukmin.Begitu pula Muttaqin (orang-orang yang bertaqwa)
sudah pasti Mukmin dan juga sudah pasti Muslim, namun Mukmin belum tentu
bertaqwa.Oleh karena itu, janganlah anda heran, bila anda menjumpai seorang
Muslim yang hanya puasa pada hari pertama dan terakhir saja, atau hanya
berpura-pura puasa bila di hadapan orang lain.
Pengertian taqwa secara umum adalah melaksankan perintah Allah dan
menjauhi laranganNya. Kriteria orang yang bertaqwa banyak kita dapati di dalam
Al-Qur’an, diantaranya adalah:
1.Kriteria Taqwa Menurut QS. Al-Baqarah: 2-5: “Kitab
(Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.
(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, mendirikan sholat, dan
menginfakkan sebagian rezeqi yang Kami berikan kepada mereka, dan mereka yang
beriman kepada (Al-Qur’an) yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dan
(kitab-kitab) yang telah diturunkan sebelum engkau, dan mereka yakin akan
adanya akhirat. Merekalah yang mendapat petunjuk dari Rabbnya dan
merekalah orang-orang yang beruntung”.Beriman kepada yang ghaib artinya beriman
atau meyakini akan adanya Allah meski ia tidak melihatNya dan beriman kepada
para malaikat.
2. Kriteria Taqwa Menurut QS.Al-Baqarah: 177 : ”Kebajikan itu
bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan ke barat, tetapi kebajikan itu
ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari Akhir, malaikat-malaikat,
kitab-kitab, dan nabi-nabi serta memberikan harta yang dicintainya kepada
kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang dalam perjalanan
(musafir), peminta-minta, dan untuk memerdekakan hamba sahaya, dan orang yang
mendirikan sholat, menunaikan zakat, orang-orang yang menepati janji apabila ia
berjanji, dan orang yang sabar daalm kemelaratan, penderitaan dan pada masa
peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar, dan mereka itulah orang-orang
yang bertaqwa”.
3.Kriteria Taqwa Menurut QS.Ali Imran: 133-136:” Dan
bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang
luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa.(yaitu)
orang yang berinfaq, baik diwaktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang
menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai
orang-orang yang berbuat kebaikan.Dan (juga) orang-orang yang apabila
mengerjakan perbuatan keji atau menzhalimi diri sendiri (segera) mengingat
Allah, lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya, dan siapa (lagi) yang dapat
mengampuni dosa-dosa selain Allah?Dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosa
itu sedang mereka mengetahui. Balasan bagi mereka adalah ampunan dari Rabb
mereka dan surga-surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, mereka kekal di
dalamnya.Dan (itulah) sebaik-baik pahala bagi orang-orang yang beramal”.Bila
ditelaah, maka begitu banyak kriteria yang harus dan harus dimiliki bagi
seorang yang bertaqwa.Ini menunjukkan untuk menjadi seorang yang ‘berlabel’
bertaqwa tidaklah mudah, dan Ramadhan adalah salah satu cara dan jalan yang
dapat membantu seorang mukmin menggapai predikat ini, dan diperlakukan
pelatihan-pelatihan secara kontiniu setiap tahunnya.
Menahan diri dari lapar,dahaga dan nafsu syahwat dari fajar sampai
maghrib bila kita tarik benang merahnya adalah masalah pengendalian diri dan
pendisiplinan diri.Sama halnya ketika kita harus dapat mengendalikan diri untuk
tidak marah, bersabar atas cobaan atau kesusahan hidup yang dihadapi sehingga
tidak akan menghalalkan segala cara (melakukan tindak korupsi misalnya atau
membungakan uang/riba), memaafkan kesalahan orang lain, menepati janji bila
berjanji, gemar berinfak dalam kondisi apapun meski sedikit, memberi bantuan
kepada orang-orang sekitar yang mengalami kesusahan serta sudah pasti
melaksanakan perintah Allah seperti mendirikan sholat dan menunaikan
zakat.Taqwa bukan hanya beriman atau meyakini rukun iman yang 6, namun taqwa
juga mencakup bagaimana kita tidak menutup mata atas kesusahan atau penderitaan
yang dihadapi oleh orang lain, sementara kita mampu untuk membantu.Taqwa juga
bukan hanya sekedar mendirikan sholat dan membayar zaakt, sehingga kewajiban
kita telah gugur, akan tetapi taqwa juga meliputi bagaimana kita menghargai
orang lain dengan menepati janji bila berjanji atau mampu menahan amarah dan
memaafkan kesalahan orang lain. Taqwa meliputi aspek Hablumminallah wa
Hablumminannaas, secara vertikal “hubungan”kita
baik dengan Allah dengan melaksanakan seluruh perintahNya, menjauhi
larangNya,dan secara horizontal hubungan kita juga baik dengan sesama manusia.
Lalu, bagaimana dengan orang yang berdusta padahal ia berpuasa?
Sebagian ulama mengatakan nilai dari puasa orang itu berkurang.Akan tetapi
daalm sebuah hadits shahih disebutkan,”Dari Abu Hurairah r.a, ia berkata,”
Siapa yang tidak meninggalkan berkata dusta dan mengamalkannya maka Allah tidak
butuh orang tsb meninggalkan makan minumnya” (HR.Bukhari).Ini tekait bukan
hanya karena kita harus menjaga hubungan baik dengan sesama manusia dengan
tidak berdusta,namun puasa adalah ibadah yang hanya Allah tahu kita
melaksanakannya atau tidak.
Ganjaran puasa sendiri Allah sendiri yang akan
memberinya, karena seorang mukmin berpuasa semata-mata hanya untukNya.Dari Abu
Hurairah r.a ia berkata, “Rasulullah Saw bersabda: “Allah Azza Wajalla
berfirman: “Setiap amalan anak Adam adalah untuknya kecuali puasa, karena
sesungguhnya puasanya itu untukKu, dan Aku yang akan membalasnya”. Rasulullah
Saw bersabda: “Puasa adalah perisai, maka bila salah seorang kamu di hari ia berpuasa janganlah berkata kotor dan
banyak bicara, dan jika seseorang memakinya atau mengajaknya bertengkar
hendaklah ia mengatakan, ”sesungguhnya saya sedang berpuasa”, demi yang jiwa Muhammad
berada di tanganNya, sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa lebih wangi di
sisi Allah dari bau kasturi, bagi orang
yang berpuasa ada dua kegembiraan yang dirasakan, disaat berbuka ia bergembira
dengan makanan berbukanya dan di saat ia bertemu Rabbnya ia gembira dengan
pahala puasanya (HR.Muttafaq ‘alaih).Teks hadits ini berasal dari
Bukhari.Dalam riwayat Bukhari yang lain,”ia meninggalkan makanan,minuman dan
syahwatnya karenaKu, puasa adalah untukKu dan Aku yang akan membalasnya, dan
suatu kebaikan dibalas dengan sepuluh kali lipat”.
KEUTAMAAN PUASA
Ibadah puasa di bulan Ramadhan sangat memiliki banyak keutamaan,
diantaranya adalah:
-Baik bagi kesehatan jasmani: usus dan pencernaan kita yang
menggiling makanan tak henti siang dan malam ‘dipuasakan’ selama beberapa jam
selama 1 bulan lamanya. Sama halnya bila anda menggunakan komputer non-stop,
bukan hanya komputernya menjadi panas, tapi juga menjadi ‘hang’.- Baik bagi
kesehatan jiwa, perut yang kosong akan membuat kita tidak cepat marah dan dapat
mengendalikan diri. Kesehatan jiwa dapat diraih dengan adanya rasa asih kepada
orang lain, memberi infak dan bantuan kepada orang-orang miskin dan anak-anak
yatim
- Dari aspek sosial puasa dapat meningkatkan rasa solidaritas di antara
sesama umat.Kita akan merasakan bagaimana rasanya bila orang-orang miskin tidak
makan.Berinfak dan berzakat untuk orang-orang fakir miskin pada bulan Ramadhan
juga mengurangi adanya ‘gap’ antara si miskin dan si kaya
– Puasa Ramadhan ‘menggembleng’
diri kita untuk siap dan dapat mengendalikan diri,‘tahan iman dan tahan
banting’ akan terpaan dan godaan dunia untuk 11 bulan ke depan
–Puasa Ramadhan
juga merupakan momen untuk pendisiplinan diri (menahan diri dari membatalkan
puasa sejak fajar-tenggelamnya matahari)
–Ramadhan juga dapat meningkatkan
etos kerja dan lebih konsentrasi dalam belajar/menuntut ilmu –Ramadhan dapat
meningkatkan rasa ukhuwah Islamiyah dengan sholat berjama’ah atau buka bersama
–Puasa Ramadhan juga melatih kita untuk tetap istiqomah, tetap pendirian, dengan
melaksanakan perintah-perintah Allah, termasuk berpuasa di bulan Ramadhan setiap tahunnya.
Pada akhirnya, ujung dari Ramadhan itu sendiri bukan hanya berpuasa sebulan
lamanya untuk menggapai label Taqwa namun juga memperoleh ampunan dari Allah
Swt.Dari Abu Hurairah r.a, dari Nabi SAW ia bersabda: “Siapa yang berpuasa di
bulan ramadhan dengan keimanan dan keikhlasan diampunkan dosanya yang telah
berlalu” (HR.Muttafaq ‘Alaih). Inilah yang membuat kita merayakannya di Idul
Fithri, terlahir sebagai seorang yang fithri, seorang yang benar-benar bersih, seolah-olah
baru terlahir kembali, bersih dari segala dosa……
Tidak ada komentar:
Posting Komentar