Kamis, 12 Juli 2012

Aisyiyah Yang Terabaikan

Tak lama setelah ayah wafat, aku memutuskan untuk memasuki organisasi perempuan Muhammadiyah yang bernama Aisyiyah. Kami sekeluarga adalah simpatisan Muhammadiyah, hanya ayah yang telah menjadi anggota. Pada mulanya aku hanya bermaksud untuk menyambung tali silaturahim dengan teman-teman ayah; sehingga walaupun ayah telah tiada, teman-teman ayah tidak akan merasa kehilangan dengan adanya kehadiranku sebagai penggantinya.Ditengah perjalanan dalam aktif berorganisasi, aku perbaiki niatku. Aku memasuki organisasi ini bukan sekedar penyambung “tongkat estafet”, namun lebih daripada itu, organisasi ini dapat kujadikan “kenderaan” bagiku untuk lebih banyak lagi beramal sholeh dan men-share ilmuku menjadi ilmu yang bermanfaat juga meng-infaqkan waktu dan tenagaku bagi orang lain.
Aku mendapat kesempatan untuk mengikuti program-program Aisyiyah, baik dari tingkat ranting, cabang, daerah maupun tingkat wilayah. Singkat cerita, pada pemilihan kepengurusan cabang dan ranting di akhir tahun lalu (2011) aku dipercaya untuk menduduki posisi sebagai sekretaris di bidang kesehatan di tingkat Cabang (Cabang Teladan Satu  Medan); sedangkan di tingkat ranting aku terpilih sebagai ketua, namun dengan pertimbangan aku akan berangkat ke Saudi Arabia mengikuti suami, maka posisi itu kutolak. Akhirnya, aku bersedia menjadi wakil ketua di tingkat ranting Aisyiyah Harjosari, Cabang Teladan Satu Medan. Dikepalaku ini, sudah banyak tersusun program-program yang kurencanakan untuk Aisyiyah ke depan. Ditingkat cabang, aku berencana untuk mengadakan pemeriksaan gigi gratis bagi kaum yang tidak mampu; sedangkan ditingkat ranting aku memiliki impian untuk membuat suatu acara besar seperti expose yang mencakup berbagai kegiatan, seperti seminar, bazaar,perlombaan dan pemeriksaan kesehatan gratis.Namun rencana tinggalah rencana. Hanya program meramaikan pengajian cabang dari ranting, dengan metode berangkat bersama yang terlaksana. Ntah masih berjalan atau tidak sampai sekarang. Pada akhirnya aku merasa tidak pantas menduduki posisi keorganisasian yang diamanahkan kepadaku,sebab aku disini, apa yang bisa kuperbuat? Berharap ada seorang Aisyiyah saja yang dapat membantuku me-realisir mimipi-mimpiku ini. Tapi sepertinya “Ibarat panggang jauh dari api”. Aku hanya berfikir bagaimana mempertanggung jawabkan amanah ini kepada Allah. Sedikitpun aku tidak keberatan jika posisiku digantikan oleh orang lain.Lebih baik begitu, sehingga aku tidak merasa bersalah. Untuk apa dikenal sebagai sekretaris ataupun wakil ketua, atau apapun itu namun tidak melakukan apa-apa. Hanya sekedar bangga? Aku tidak mempedulikan posisi atau jabatan.Menurutku action lebih dibutuhkan pada zaman sekarang ini daripada hanya sekedar be-retorika alias Omdo (Omong Doang).Aku telah mengabaikan Aisyiyah…..Kuberharap, ada seseorang di sana yang bersedia menggantikanku dalam menjalankan program-program Aisyiyah dan menjalankan amanah sebagaimana mestinya…..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar