Rabu, 19 Desember 2012

ZAID BIN HARITSAH, BUKAN SEKEDAR ANAK ANGKAT RASULULLAH

 
Written By: Dr.Dianova Anwar
www.dianovaanwar.blogspot.com Zaid bin Haritsah adalah satu-satunya sahabat nabi Muhammad Saw yang namanya diabadikan dalam Al-Qur’an (QS.33:37).Asal mula Zaid dijadikan sebagai anak angkat Rasulullah tentunya tidak terlepas dari background atau latar belakang siapa Zaid sebenarnya.Zaid bin Haritsah berasal dari bani Makhdum yang tinggal di sebelah utara kota Makkah.Sewaktu Zaid berumur sekitar 8 tahun,ia dibawa untuk mengunjungi keluarga dari pihak ibunya, yakni bani Ma’n.Di tengah perjalanan mereka diserang oleh pasukan berkuda bani Al-Qain yang merampas harta dan unta serta meanwan anak-anak.Maka termasuklah Zaid diantara anak yang ditawan lalu dijual di pasar Ukaz.Orang yang membeli Zaid adalah Hakim bin Hizam bin Khuwailid,seorang bangsawan Quraisy dan anak saudara Khadijah binti Khuwailid,yang kelak menjadi istri rasul.Zaid diberikan kepada Khadijah sebagai seorang budak dan sewaktu Khadijah menikah dengan Muhammad (ketika itu nabi Muhammad belum diangkat menjadi rasul) maka Khadijah pun memberikan Zaid kepada suaminya itu.Pada masa itu sistem perbudakan masih berlaku.   
 
Setelah beberapa saat bersama Rasul,terdengarlah berita oleh ayah Zaid,Haritsah bin Syuhail bahwa anaknya kini berada di Makkah dan berstatus sebagai budak.Maka ayah Zaid,ditemani oleh pamannya,Ka’ab berangkat menuju Makkah dengan membawa sejumlah harta untuk menebus Zaid.Sesampainya di depan Rasulullah,ketika itu Rasululullah telah diangkat menjadi Rasul,dan Zaid pun termasuk orang-orang yang mula-mula masuk Islam,maka diutarakan ayahnya lah hajatnya untuk menebus Zaid.Menanggapi ini,Rasulullah berkata,”kita serahkan saja kepada Zaid,apabila ia hendak kembali ke keluarganya,maka ia akan saya bebaskan tanpa sedikitpun tebusan;akan tetapi bila ia memilih saya,maka demi Allah saya adalah bukan termasuk orang yang tidak senang bila dipilih”.Kemudian keputusan pun diserahkan kepada Zaid,dan alangkah terkejutnya sang ayah ketika Zaid memilih untuk tetap bersama Rasul.Ini sudah tentu mengejutkan ayah dan pamannya, ”engkau lebih memilih menjadi budak orang ini daripada menjadi orang yang merdeka dan kembali bersama keluargamu?” Zaid pun menjawab ayahnya,”Sesungguhnya aku melihat pada orang ini (Rasulullah Saw) yang tidak ada pada orang lain”.Sebaik saja mendengar hal ini,Rasulullah langsung menarik tangan Zaid dan keluar ke Masjidl Haram,kemudian beliau berdiri di atas batu sambil memegang tangan Zaid berkata kepada pembesar Quraisy,”Wahai bangsa Quraisy! Saksikanlah! Anak ini adalah anakku,dia akan mewarisi hartaku dan aku akan mewarisi hartanya”. Melihat hal ini, senang lah hati ayah dan paman Zaid; mereka pun kembali dengan perasaan tenang.Sejak peristiwa itulah Zaid dipanggil dengan sebutan Zaid bin Muhammad; sampai pada akhirnya turunlah ayat: ”Panggillah mereka (anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka; itulah yang adil di sisi Allah,dan jika kamu tidak mengetahui bapak mereka,maka (panggillah mereka sebagai) saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu.Dan tidak ada dosa atasmu jika kamu khilaf tentang itu,tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu.Allah Maha Pengampun Maha Penyayang” (QS.Al-Ahzab:5).Dengan adanya pelarangan Allah untuk memanggil nama anak angkat dengan ‘menyematkan nama bapak angkat’ maka semenjak saat ayat ini turun dipanggillah Zaid dengan Zaid bin Haritsah.       
 
Tak lama kemudian,Zaid bin Haritsah menikah dengan Zainab binti Jahsy,yang masih sepupu dengan Rasulullah.Dalam adat Arab di masa jahiliyah,orang yang diadopsi sebagai anak memiliki kehormatan dan hak yang sama persis dengan hak dan kerhormatan yang dimiliki oleh anak kandung,termasuk untuk tidak menikahi mantan istri anak.Kebiasaan inilah yang ingin Allah hapus dan batalkan,bahwsanya tabanni (adopsi) tidak ada pengaruhnya dalam Islam; dan memerintahkan rasulullah untuk menikahi Zainab binti Jahsy,yang sebelumnya adalah istri Zaid,yang pada saat itu hendak diceraikan oleh Zaid bin Haritsah dikarenakan tidak adanya lagi keharmonisan diantara mereka berdua.Keinginan Zaid untuk bercerai ini terjadi ketika pasukan sekutu (Ahzab) sedang mengepung rasulullah dan umat Islam.Pada saat itu,rasulullah merasa khawatir akan propaganda kaum munafiqin, musyrikin dan orang-orang yahudi; ditambah lagi kekhawatiran akan pengaruh buruknya di dalam hati sebagian orang yang lemah imannya.Oleh karena itulah beliau ingin sekali agar Zaid tidak menceraikan istrinya supaya beliau tidak terjatuh ke dalam ujian tsb.Keragu-raguan rasul ini sudah tentu tidak sejalan dengan kesempurnaan tujuan diutusnya beliau sebagai seorang rasul,maka Allah Swt langsung mengingatkan beliau dengan firmanNya,”Dan ingatlah ketika kamu berkata kepada orang yang Allah telah melimpahkan nikmat kepadanya dan kamu (juga) telah member nikmat kepadanya, ”Tahanlah terus istrimu dan bertaqwalah kepada Allah” sedangkan kamu menyembunyikan dalam hatimu apa yang akan Allah nyatakan,dan kamu takut kepada manusia,sedang Allah-lah yang lebih berhak kamu takuti” (QS.Al-Ahzab:37).    Ketentuan Allah telah menghendaki Zaid untuk menceraikan Zainab binti Jahsy,kemudian Rasulullah pun menikahinya setelah habis masa iddahnya.Dalam hal ini Allah telah mewajibkan rasul menikah dengan Zainab dan tidak memberikan kesempatan kepada beliau unyuk memilih; Allah berfirman,”Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluannya terhadap istrinya (menceraikannya), Kami kawinkan engkau dengannya supaya tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk (mengawini) istri-istri anak angkat mereka,apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya daripada istrinya” (QS.Al-Ahzab:37).Hal ini untuk menghilangkan prinsip adopsi anak secara praktis(nyata),sebagaimana Allah telah menghapusnya dengan firmanNya,”Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki diantara kamu,tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi” (QS.Al-Ahzab:40
 
Setelah bercerai dari Zainab binti Jahsy,Zaid bin Haritsah menikahi Ummu Aiman,dan ia memiliki anak laki-laki yang bernama Osama bin Zaid,yang kelak menjadi Jendral termuda dengan dikirimnya ia memimpin beberapa ekspedisi militer di usia 18 tahun termasuk ke Syam (Syria sekarang).Zaid sendiri beberapa kali memimpin ekspedisi militer atas perintah langsung rasulullah,yakni ekspedisi ke al-Jumum (627 M/6 H),ekspedisi ke al-Is (627 M/6 H),ekspedisi ke Hisma (628 M/7 H) dan ekspedisi ke negara Byzantium di tahun 629 H dengan membawa 3000 orang pasukan.Di ekspedisi inilah Zaid bint Haritsah mati syahid,tepatnya di sebuah tempat yang bernama Mu’tah (daerah Jordan sekarang) yang menjadi lokasi peperangan saat itu dengan raja Heraclius.Zaid bin Haritsah adalah orang Islam pertama yang wafat di negara asing.Selain Zaid,Ja’far bin Abi Thalib dan Abdullah bin Rawahah yang juga komandan dalam ekspedisi ini pun mati syahid di perang Mu’tah.Pada akhirnya Khalid bin Walid memimpin pasukan untuk mundur untuk menghindari lebih banyak lagi korban.Pasukan musuh yang jumlahnya begitu besar, sekitar 100.000 pasukan plus bantuan dari Arab musyrikin sebanyak 100.000 orang menjadikan alasan mengapa pasukan Islam memilih untuk mundur.Zaid bin Haritsah wafat dalam usia yang masih begitu muda,di usia 41 tahun (588-629 M). Zaid bin Haritsah bukan hanya sekedar anak angkat Rasulullah; ia juga sahabat rasul serta jenderal yang sangat disegani oleh pasukannya. Melaluinya pula,atas perintah Allah,rasulullah menghapus salah satu adat Arab Jahiliyah yang telah mendarah daging yakni,masalah persamaan hak antara anak adopsi dan anak kandung. Ini berarti, diangkatnya ia menjadi anak angkat Rasul, telah pula menjadi ketetapan Allah. Demikianlah uraian tentang Zaid bin Haritsah,Bukan Sekedar Anak Angkat Rasulullah dari www.dianovaanwar.blogspot.com semoga uraian ini menambah cakrawala anda tentang “biography” sahabat rasul.
 


                                                    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar