Minggu, 08 Juli 2012

Kader Nasyiatul Aisyiyah Harus Berani Mengisi Ruang Kosong di Ranah Publik

Bandar Lampung- Ranah kebijakan publik seringkali diabaikan dan dikesampingkan dalam pencapaian program masa depan sebuah organisasi. Padahal kebijakan publik merupakan kebijakan yang mengikat dan berdampak luas dan langsung dalam kehidupan berbangsa dan negara. Untuk itu Nasyiatul Aisyiyah (NA) melalui kadernya, Nasyiatul Aisyiyahharus berani mengisi ruang-ruang tersebut. Demikian pernyataan yang disampaikan oleh Rita Pranawati, Ketua IV Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah

Sebelum mengisi kekosongan ini, Nasyiahharus mempersiapkan diri secara matang dan menengok kedalam terlebih dahulu. Jangan sampai lokomotof Nasyiatul Aisyiyahtidak dapat diikuti oleh gerbongnya. Beberapa hal yang dilakukan.

Pertama, melakukan revitalisasi struktur. Tanpa struktur yang kuat, Nasyiatul Aisyiyahtidak mungkin mampu berhadapan dengan perubahan sosial. Struktur yang sekarang sudah cukup baik, terutama jika dibanding dengan organisasi lain sejenis, akan tetapi kenyataan ini tidak boleh menjadikan cukup berpuas diri. Struktur yang kuat ini akan menjadi gerak Nasyiatul Aisyiyahlebih mudah dan lincah sehingga kedepan NA akan menjadi leader gerakan perempuan.

Kedua, struktur yang kuat tidak mungkin bisa diwujudkan tanpa adanya human resource yang mumpuni.  Untuk mencpai ini diperlukan upaya pemeberdayaan yang cukup masif terhadap kader, baik dipusat maupun di daerah. Bahwa jangan sampai hanya kader ditingkatan elit yang terberdayakan. Bentuknya pun tidak lagi tradisional dalam model nominal dan instrumental, tetapi juga benar dalam model empowerment.

Ketiga, advokasi. Nasyiahharus bercermin dulu ke dalam sebelum keluar. Cermin ini adalah upaya sadar bahwa jangan sampai melakukan upaya pemberdayaan, tetapi abai dengan kondisi internal.

Ketiga hal tersebut adalah bagian integral dimana tanpa ini gerak langkah Nasyiahakan pincang. Selanjutnya jikahendak berfikir kebangsaan, dipastikan Nasyiatul Aisyiyahtidak akan lagi canggung.

Isu-isu yang berkaitan dengan MDGs adalah isu-isu yang bisa menjadi ruang publik yang bisa menjadi ladang Nasyiahdalam dakwah. “Meski MDGs adalah program yang didesakkan oleh lembaga donor dan negara maju untuk kepentingannnya, MDGs sendiri sesungguhnya tidak ada yang bertentangan dengan tujuan Nasyiah, karena itu bisa diselaraskan. Tanpa MDGs pun Nasyiatul Aisyiyahakan melakukan hal tersebut,” jelasnya.

Senada dengan hal tersebut, Erni Zuhriati, Ketua II yang membidangi dakwah menyampaikan bahwa upaya internal adalah upaya pematangan kader. “Pematangan kader bukan saja untuk Nasyiahatau Muhammadiyah sendiri, tetapi juga untuk menyiapkan kader bangsa, ungkap Erni. Hal tersebut juga  menjadi inti dari pembukaan pidato ketua umum PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin, kemarin di GSG Unila yang menyatakan bahwa ibu adalah madrasah, yang secara khusus ditujukan kepada NA karena kader Nasyiatul Aisyiyahumumnya terdiri dari kader putri yang sudah cukup dewasa dan ibu-ibu muda. Tambahnya.

Untuk memantapkan gerakan, Nasyiahjuga melakukan kerjasama dengan lembaga lain, dan jugaberpartner dengan Pemudi Persatuan Islam (Persis) dan Fatayat Nahdhatul Ulama (NU). Sinergi ini dilakukan karena NA tidak mungkin melakukan semuanya sendiri. Progresifitas ini setidaknya setara dengan gerakan NA periode awal.
Sumber: http://www.muhammadiyah.or.id/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar