Sabtu, 07 Juli 2012

Perkembangan Muhammadiyah di Malaysia

Perkembangan Muhammadiyah di Malaysia, diketahui berkembang cukup pesat dan mungkin yang tercepat di luar Indonesia karena ada PCIM (Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah)  dan PCIA (Pimpinan Cabang Istimewa Aisiyah). Namun yang punya Aisiyah itu cuma Kuala Lumpur. “Kita punya beberapa  ranting,  ada di Kampung Baru, di Kuala Lumpur , Sungai We dan Penang Lama. Kalau boleh saya mengatakan Aisiyah itu pertama kali di dunia.” Terang Zulvan Haidar.

Diakuinya, banyak sekali objek dakwah,  ada kaum profesional, mahasiswa, pelajar, buruh TKI dan TKW dan juga obyek dakwah suku terasing. Kaum Profesional itu ada pengajian bulanan, khusus Rabu kita membahas  tentang Shalat dan aqidah.Kemudian kita ada juga pesantren Ramadhan yang dinamakan Mesra (Media Santri Ramadhan) dan RLS (Ramadhan Learning Season) bagi pelajar,  mahasiswa dan pakar perminyakan serta pakar IT.

Kata Zulvan, keunggulan PCIM mereka adalah ada pengajian taman, pengajian pimpinan dan penasihat, pengajian bersama PCIA bareng PCIM, penyembelihan hewan qurban, bakti sosial Ramadhan bersama Muhammadiyah Internasional dan dakwahnya Ustad Wahab untuk suku terasing. Sedang yang direncanakan  ada My Lazismu (ZIS) untuk membiaya anggota yang kekurangan, bantuan sekolah dan bantuan rawat di rumah sakit, bahkan bagi TKI yang mau pulang ggahtidak bisa pulang nanti akan dibantu. Juga diadakan Kursus untuk buruh migran dan hal ini dibantu PWM Aceh dan juga ada pemberian sertifikat utnuk buruh migran yang telah dilatih. “Tidak itu saja bahkan kami sedang merintis sekolah internasional dengan kurikulum laur negeri agar laku dan membuat koperasi  PRIMA yang singkatan dari Pimpunan Ranting Istimewa Muhamadiyah dan Aisiyah). Ide itu muncul karena banyak anggota yang membuat kripik, ayam penyet dan lain-lain,” tambah Zulvan, yang juga memberikan konsultasid an bantuan hukum bagi TKI yang bermasalah.

Sementara tantangan Muhammadiyah di Malaysia adalah karena Islam Mazhab Syafiiyah lebih banyak di sana maka saat menjalankan Shalat tanpa Usholi dan Qunut, kita dianggap asing. Muhammadiyah di Malaysia dianggap sama Ahmadiyah dan AuraD Muhammadiyah (Tariqat Al Arqam) yang mengatakan Kakek Buya Asyari akan lahir di Jawa Timur. “Kita diangap itu, maka di Malaysia itu sedikit sulit berkembang dan kita bekerja sama dengan badan Pemerintah agar mudah menghapus stigma tersebut. Kita berusaha memberi penjelasan kepada orang Malaysia supaya imej Muhmmadiyah menjadi bersih tidak seperti yang digambarkan selama I ni,” pungkasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar