www.dianovaanwar.blogspot.com
Diam selalu dikonotasikan dengan marah,padahal pandangan tersebut tidaklah
sepenuhnya benar.Latar belakang diamnya seseorang beraneka ragam. Seorang anak
memilih aksi diam ketika orangtuanya tidak mau membelikan barang yang
diinginkannya, misalnya mainan.Meski,kebanyakan anak menempuh jalur menangis dan
merengek,namun cara diam terkadang lebih ampuh daripada kedua cara diatas.Di sini,
diam bisa artikan bentuk protes karena keinginan tidak tercapai sebagaimana
yang diharapkan.
Alasan lain diamnya seseorang adalah untuk menghindari konflik
yang berkepanjangan.Sebut saja pasangan suami isteri yang lagi bertengkar, suami
memilih aksi diam ketika isterinya terus menerus merepet.Bila ia jawab dan
teruskan,maka pertengkaran tidak akan berakhir.Dengan diamnya suami,isteri juga
akan merenung.Di sini diam bukan diartikan marah,namun mengalah untuk
kebaikan.
Ada juga orang yang diam karena sudah terlalu kecewa,harapan-harapan
tidak sesuai dengan kenyataan.Diam ditempuh,sebab lidah sudah tidak sanggup
lagi berkata-kata. Inilah yang sering diasumsikan orang dengan marah,lebih
tepatnya marah tanpa kata. Diamnya orang yang lagi marah lebih terasa
daripada orang yang marah dengan langsung mengeluarkan kata-kata.Jalur diam
dipilih oleh orang-orang yang dikecewakan adalah untuk menjaga lisan dari
perkataan-perkataan yang tidak baik dan tidak diinginkan,sehingga lidahnya
tetap terjaga dan selalu membicarakan hal-hal yang baik-baik saja.Bukankah ada
hadits yang menyebutkan,barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari
akhir,maka hendaknya ia berkata yang baik atau diam (HR.Bukhari dan Muslim,
meriwayatkan dari Abu Hurairah).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar