Written By: Dr.Dianova Anwar
www.dianovaanwar.blogspot.com
Jika ada berpuluh-puluh tinta tersedia untuk menguraikan bagaimana perasaan
penulis ketika menatap baitullah, maka itupun tidak akan cukup untuk melukiskan
rasa bahagia perasaan ini. Baitullah, rumah Allah yang hanya penulis saksikan
setiap hari melalui layar televisi ketika waktu sholat tiba, akhirnya dapat
langsung dilihat dengan mata kepala sendiri.Haru pada awalnya, dan sedih
diiringi air mata ketika hendak berpisah. Apakah ada kesempatan lagi berkunjung
dan menatapnya? Di antara rangkaian do’a sudah tentu ingin untuk kembali lagi
ke sana.
Perjalanan umrah yang memakan
waktu hanya sekitar ½ hari dengan bus khusus umrah dari kota Buraidah dimana
penulis berada memberikan pengalaman tersendiri yang tak terlupa. Rombongan
umrah terdiri dari 40 orang asing yangbekerja di sini, ada orang Mesir,
Tunisia, Pakistan,Bangladesh, India, Afghanistan dan termasuk suami yang
berkebangsaan Sudan serta saya sendiri.Wanitanya hanya 5 orang, selebihnya kaum
pria.Sepanjang perjalanan menuju Miqat di As-Sail al-Kabir orang-orang pada
membicarakan tentang dicoup atau digulingkannya Mursi. Kebanyakan sih
pro-Mursi, sang supir yang berkebangsaan Suria mengatakan Mesir akan seperti
Suria, para Mujahidin akan berdatangan ke sana.
Pada waktu sholat Subuh tiba
rombongan jama’ah umrah pun tiba di Miqat, sholat berjama’ah sekaligus
mendengarkan tausiyah umrah.Dari Miqat As-Sail Al-Kabir ke Makkah hanya sekitar
2 jam, kami tiba di sana sekitar pukul 7 pagi, langsung memasukkan tas ke hotel
dan berangkat masing-masing ke Masjidil Haram. Dari sini rombongan terpisah,
nafsi-nafsi….Hingga akhirnya berkumpul untuk kembali pada keesokan paginya ba’da
Subuh. Dari Makkah menuju Madinah, sekitar 7 jam, Masjid Nabawi yang dituju dan
kami mendirikan sholat Zhuhur berjama’ah di sana. Memasuki kota Madinah,
pohon-pohon kurma bersusun berbaris di sepanjang jalan. Pohon kurma Madinah rendah-rendah,
sehingga buahnya dapat dicapai hanya dengan tangan, persis seperti tanaman
palam mini, paling tinggi di atas kepala. Selain itu, Jabal Uhud, tempat
terjadinya perang Uhud pun dilewati.
Bila dibandingkan dengan umrah
dari Indonesia sudah tentu dari sini jauh lebih murah. Bayangkan saja per
orangnya hanya dikenakan dana sekitar Rp.500.000 atau sekitar 50 $ itu sudah
termasuk nginap di hotel berbintang 4 semalam dan transportasi PP. Makan ditanggung
sendiri begitu pula perjalanan dari hotel ke Masjidil Haram. Hotel yang kami
tempati tidaklah begitu jauh dari Masjidil Harram, kaloq jalan kaki sekitar 30
menit, bila naik taxi hanya sekitar 10 hingga 20 riyal. Alhamdulillah,
segalanya lancar dan diberi kemudahan oleh Allah. Kebetulan di Makkah ada
kemanakan suami yang telah bermukim di sana lebih dari 10 tahun, ia mengunjungi
kami di hotel lalu kami sholat ke Masjidil Haram dan makan malam. Di Madinah
pun ada ibang ipar yang telah menetap lebih dari 20 tahun, kami berjumpa sesaat
di Masjid Nabawi.Sebagai oleh-oleh, kami membawa sedikit air zam-zam dari
Makkah dan Kurma Madinah serta buah Tin Madinah. Rasanya ingin cepat-cepat
kembali lagi ke sana, mudah-mudahan Allah memudahkan dan menyampaikan lagi hambaNya
ini ke BaitNya…….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar