Setelah menjadi Muslim dan berkeluarga, Neelain Muhammad berkunjung ke rumah orangtuanya di Georgia, Amerika Serikat. Istri dan anak perempuannya juga ikut berlibur. Putri Neelain yang bernama Jasmin akrab bermain bersama sepupunya.
Ketika bermain mereka beragumen tentang Tuhan. ‘’Yesus adalah Tuhan,’’ ujar salah seorang sepupu Jasmin.
‘’Bukan, dia bukan Tuhan. Allah adalah Tuhan, satu-satunya Tuhan,’’ sanggah Jasmin.
Mereka memperdebatkan hal itu dengan saling beradu argumen. Bahkan sampai di meja makan. "Siapakah Tuhan yang sebenarnya, Ayah? Yesus atau Allah? Aku mengatakan kepada mereka (sepupu-sepupu) Allah adalah Tuhan,’’ ungkap Jasmin.
Mendengar hal tersebut, istri Neelan menyikut suaminya agar tidak merusak suasana di meja makan. Maklum saja, sebagian besar keluarga Neelain adalah penganut Katolik yang taat. Untuk memuaskan hati anaknya, Neelain hanya berkata singkat, "Ya, Allah lah Tuhan."
Ayah Neelain yang juga berada di ruang makan itu merasa kecewa. Ia merasa Neelain telah mengajarkan sesuatu yang salah dan menyimpang dari ajaran Kristen kepada cucunya, meskipun ia tahu Neelain telah memeluk Islam.
***
Keesokan harinya, ayah Neelain mengajar kelas minggu di gereja. Neelain ingin sekali datang ke gereja dan mengikuti kelas tersebut. Namun kedua orangtuanya tidak mengundangnya ke sana, karena ia memakai gamis dan peci. Ibu Neelain menyuruhnya agar ganti pakaian terlebih dahulu, bila ingin datang ke gereja, namun Neelain menolak.
Akhirnya kedua orangtua Neelain meninggalkannya dan ia berangkat sendirian. Gereja tempat ayahnya bekerja terletak tidak jauh dari rumah orangtua Neelain. Ia pergi ke sana sendirian. Ketika ia membuka pintu gereja, seluruh mata di dalamnya memandang kedatangan Neelain. Terlebih lagi, pada pakaian yang dikenakannya.
‘’Bagi mereka pakaian tersebut terlihat lucu,’’ ujar Neelain.
Seorang wanita yang juga mengajar kelas minggu mengajaknya masuk dan ikut dalam satu kelompok besar. Ayahnya mengajar di kelompok lain. Ketika itu mereka mendiskusikan tentang Nabi Musa.
Seorang pria meminta dia untuk mendekatinya. Pria itu berusia sekitar 60-70 tahun. Pria itu sangat terkesan dengan jawaban dan penjelasan Neelain tentang Nabi Musa.
‘’Dari mana Anda mempelajari semua itu?’’ Tanya pria tua itu.
''Saya mempelajarinya dari Alquran,'' jawab Neelain.
Lalu pria itu mengajaknya menjadi pembicara di gereja pada hari itu. Setelah menjadi pembicara, ia pulang ke rumah. Kedua orangtuanya telah dulu pulang. Ia tidak menyangka sambutan yang diberikan keluarganya akan begitu meriah. Mereka bertepuk tangan dan memberikan selamat kepada Neelain. Sang ibu memeluknya dan ayahnya mengaku bangga.
***
Sejak saat itu, ia berusaha mengajarkan tauhid kepada ayahnya. Perlahan-lahan ayahnya pun mulai menerima konsep satu Tuhan sebelum ajal menjemput. Namun ketika Neeilan memberitahu tentang Nabi Muhammad sebagai utusan Allah, sang ayah menolak hal tersebut.
Setelah ayahnya meninggal, ia berusaha mengajarkan hal itu kepada ibunya.
''Saya berusaha sekeras mungkin untuk mengajarkan konsep ini kepada ibu saya. Semoga ia dapat memahaminya.''
sumber: republika
Ketika bermain mereka beragumen tentang Tuhan. ‘’Yesus adalah Tuhan,’’ ujar salah seorang sepupu Jasmin.
‘’Bukan, dia bukan Tuhan. Allah adalah Tuhan, satu-satunya Tuhan,’’ sanggah Jasmin.
Mereka memperdebatkan hal itu dengan saling beradu argumen. Bahkan sampai di meja makan. "Siapakah Tuhan yang sebenarnya, Ayah? Yesus atau Allah? Aku mengatakan kepada mereka (sepupu-sepupu) Allah adalah Tuhan,’’ ungkap Jasmin.
Mendengar hal tersebut, istri Neelan menyikut suaminya agar tidak merusak suasana di meja makan. Maklum saja, sebagian besar keluarga Neelain adalah penganut Katolik yang taat. Untuk memuaskan hati anaknya, Neelain hanya berkata singkat, "Ya, Allah lah Tuhan."
Ayah Neelain yang juga berada di ruang makan itu merasa kecewa. Ia merasa Neelain telah mengajarkan sesuatu yang salah dan menyimpang dari ajaran Kristen kepada cucunya, meskipun ia tahu Neelain telah memeluk Islam.
***
Keesokan harinya, ayah Neelain mengajar kelas minggu di gereja. Neelain ingin sekali datang ke gereja dan mengikuti kelas tersebut. Namun kedua orangtuanya tidak mengundangnya ke sana, karena ia memakai gamis dan peci. Ibu Neelain menyuruhnya agar ganti pakaian terlebih dahulu, bila ingin datang ke gereja, namun Neelain menolak.
Akhirnya kedua orangtua Neelain meninggalkannya dan ia berangkat sendirian. Gereja tempat ayahnya bekerja terletak tidak jauh dari rumah orangtua Neelain. Ia pergi ke sana sendirian. Ketika ia membuka pintu gereja, seluruh mata di dalamnya memandang kedatangan Neelain. Terlebih lagi, pada pakaian yang dikenakannya.
‘’Bagi mereka pakaian tersebut terlihat lucu,’’ ujar Neelain.
Seorang wanita yang juga mengajar kelas minggu mengajaknya masuk dan ikut dalam satu kelompok besar. Ayahnya mengajar di kelompok lain. Ketika itu mereka mendiskusikan tentang Nabi Musa.
Seorang pria meminta dia untuk mendekatinya. Pria itu berusia sekitar 60-70 tahun. Pria itu sangat terkesan dengan jawaban dan penjelasan Neelain tentang Nabi Musa.
‘’Dari mana Anda mempelajari semua itu?’’ Tanya pria tua itu.
''Saya mempelajarinya dari Alquran,'' jawab Neelain.
Lalu pria itu mengajaknya menjadi pembicara di gereja pada hari itu. Setelah menjadi pembicara, ia pulang ke rumah. Kedua orangtuanya telah dulu pulang. Ia tidak menyangka sambutan yang diberikan keluarganya akan begitu meriah. Mereka bertepuk tangan dan memberikan selamat kepada Neelain. Sang ibu memeluknya dan ayahnya mengaku bangga.
***
Sejak saat itu, ia berusaha mengajarkan tauhid kepada ayahnya. Perlahan-lahan ayahnya pun mulai menerima konsep satu Tuhan sebelum ajal menjemput. Namun ketika Neeilan memberitahu tentang Nabi Muhammad sebagai utusan Allah, sang ayah menolak hal tersebut.
Setelah ayahnya meninggal, ia berusaha mengajarkan hal itu kepada ibunya.
''Saya berusaha sekeras mungkin untuk mengajarkan konsep ini kepada ibu saya. Semoga ia dapat memahaminya.''
sumber: republika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar