Minggu, 21 April 2013

DI BAWAH LINDUNGAN KA'BAH - KARYA FENOMENAL BUYA HAMKA








www.dianovaanwar.blogspot.comSalah satu karya sastra HAMKA yang sangat fenomenal adalah novel klasik "Di Bawah Lindungan Ka’bah", yang mengambil setting kota Padang,Padang Panjang, Medan dan Mekkah.Tokoh utama pada novel ini adalah Hamid dan Zainab, yang saling jatuh cinta “tanpa sempat terkata” dan berakhir dengan kematian keduanya.     
 
Awal dari pertemuan Hamid dan Zainab adalah pada saat Hamid harus menjalani hidup sebagai seorang anak yatim.Ayahnya, mengalami kebangkrutan dalam usahanya hingga memaksa mereka sekeluarga harus berhijrah ke kota Padang.Di kota inilah pada akhirnya ayah Hamid meninggal dunia disaat Hamid berusia 4 tahun.Di umur 6 tahun, Hamid meminta ibunya untuk membuat kue yang dapat ia jajakan, hingga pada suatu ketika, seorang wanita yang bernama Mak Asiah memanggilnya untuk membeli kue jualanannya.Mak Asiah adalah tetangga baru Hamid, suaminya Haji Ja’far, membeli rumah kosong yang sebelumnya merupakan bekas rumah seorang Belanda.Setiap pagi Mak Asiah membeli kue Hamid, dan ia pun menanyakan kepada Hamid tentang orangtuanya dan dimana tempat tinggalnya.Setelah Hamid menjawab pertanyaan Mak Asiah, Hamid pun diminta untuk membawa ibunya untuk datang ke rumahnya. Dari sinilah, persahabatan antara kedua keluarga itu semakin dekat.Haji Ja’far menyekolahkan dan membiayai Hamid, ia disekolahkan di SD dan berlanjut ke Mulo yang sama dengan anak perempuan satu-satunya,Zainab.Setelah tamat dari Mulo barulah Hamid berpisah dengan Zainab. Hamid melanjutkan studinya ke sekolah agama di Padang Panjang,sedangkan Zainab harus memasuki masa pingitan sesuai dengan adat di desa itu.Dengan masih dibiayai oleh Haji Ja’far, di sekolah agama Padang Panjang inilah Hamid bertemu dan berteman dengan Saleh.     
 
Sebenarnya, Hamid dan Zainab telah saling jatuh cinta, akan tetapi Hamid sadar akan posisinya, ia pun harus tahu diri bahwa ia telah di sekolahkan oleh Haji Ja’far dan Mak Asiah, ia telah dianggap anak oleh mereka.Bahkan ibunya pun melarangnya untuk mencintai Zainab, sebab ia merasa tidak pantas.    Pada suatu petang pada saat Hamid berjalan-jalan di sekitar pesisir,ia bertemu dengan Mak Asiah yang baru datang berziarah dari kuburan suaminya.Ia naik perahu sewaan bersama dua orang perempuan tua lainnya.Mak Asiah meminta Hamid untuk datang ke rumahnya keesokan harinya karena ada suatu hal penting yang hendak dibicarakannya.Pada keesokan harinya datanglah Hamid ke rumah Mak Asiah,rupanya Mak Asiah meminta tolong kepada Hamid untuk membujuk Zainab agar bersedia dinikahkan dengan kemanakan Haji Ja’far yang pada waktu itu masih bersekolah di pulau Jawa.Zainab menolak dengan alasan masih belum ingin menikah.     Penolakan itu dikarenakan,Zainab sendiri telah jatuh cinta kepada Hamid, dan Hamid pun merasakan hal yang sama,namun cintanya tak dapat ia ungkapkan.Dikarenakan telah berhutang budi,Permintaan Mak Asiah dipenuhi oleh Hamid,meski berlawanan dengna kata hatinya. Setelah itu Hamid meninggalkan kota Padang menuju Medan dan selanjutnya pergi ke tanah suci Mekkah. Dari Medan, Hamid berkirim surat kepada Zainab untuk meminta diri, pergi menurutkan ke mana arah kakinya melangkah.Surat Hamid itulah yang menemani Zainab dalam kesepian.     
 
Di Mekkah, Hamid kembali bertemu dengan Saleh,temannya sekolahnya dulu di Padang Panjang. Hamid bercerita kepada Saleh tentang perasaannya kepada Zainab.Ternyata Saleh suami Rosna,sahabat Zainab. Rosna dan Saleh saling bercerita dalam surat mereka tentang kisah Hamid dan Zainab.Akibat sedih yang berlebihan, karena cintanya tidak bisa bersatu dengan Hamid, akhirnya Zainab jatuh sakit dan meninggal dunia.Mendengar Zainab meninggal dunia, Hamid, yang terlalu cinta kepada Zainab, tak kuasa menahan kesedihan.Selalu memikirkan Zainab, ia juga akhirnya jatuh sakit dan meninggal di bawah lindungan ka’bah………
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar